Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Capai 0,65%, Inflasi Jatim di Atas Nasional

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M. Sairi Hasbullah mengatakan angka tersebut terdorong inflasi di Surabaya mencapai 0,73% atau yang terbesar dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur.nn
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, SURABAYA - Provinsi Jawa Timur mengawali tahun ini dengan membukukan inflasi sebesar 0,65% pada Januari.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M. Sairi Hasbullah mengatakan angka tersebut terdorong inflasi di Surabaya mencapai 0,73% atau yang terbesar dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur.

Adapun yang terendah di Kota Probolinggo sebesar 0,42%. Sementara yang lain bervariasi, yakni Kabupaten Banyuwangi 0,67%, Kabupaten Sumenep 0,65%, Kota Malang 0,58%, Kota Madiun 0,49%, Kota Kediri 0,47%, dan Kabupaten Jember 0,43%.

“Inflasi Jawa Timur pada Januari di atas nasional. Ya, kali ini kami lebih tinggi dari rerata inflasi nasional,” ucap Sairi di sela pemaparan data perkembangan inflasi Jawa Timur, di Surabaya, Senin (1/2/2016).

Angka 0,65% yang diperoleh provinsi tersebut berasal dari kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 121,71 pada Desember tahun lalu menjadi 122,50 pada Januari.

Selisih di antara IHK dua bulan ini yang tercatat sebesar 0,65%.

Kendati lebih tinggi dari inflasi nasional 0,51%, bila ditarik kurun waktu beberapa tahun ke belakang, pada awal tahun ini inflasi Jatim tak bisa dibilang anomali.

Pasalnya, perolehan Januari 2016 tidak seberapa besar dibandingkan dengan perolehan bulan yang sama beberapa tahun terakhir.

BPS mencatat pada Januari 2011 sempat menyentuh 0,87%, setahun kemudian menjadi 0,35%, lantas pada 2013 mencuat sampai 0,97%, dan menjadi 1,06% pada dua tahun silam, sedangkan tahun lalu hanya 0,20%.

“Memang [khusus Januari 2016] masyarakat menghadapi situasi di mana harus beli barang dan jasa lebih mahal dari rerata provinsi lain,” kata Sairi.

Penyebab terjadinya inflasi bulan lalu di Jatim adalah kenaikan IHK enam kelompok pengeluaran.

Kelompok pengeluaran yang inflasinya paling tinggi adalah bahan makanan 2,36%.

Selanjutnya ada makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,74%; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,67%; kelompok sandang 0,67%; kesehatan 0,50%; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,09%.

Untungnya ada kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi sehingga jadi penahan inflasi tidak lebih tingi lagi.

Kelompok yang dimaksud adalah transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,03% deflasinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper