Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef: Devisa Ekspor yang Terparkir di Luar Negeri Harus Segera Ditarik

Ekonom Institute for Development Economy and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai repratiasi cadangan devisa yang sudah tergerus hampir US$4 miliar pada Januari 2016 itu menunjukkan beban utang luar negeri mengalami kenaikan.
Cadangan devisa/Ilustrasi
Cadangan devisa/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Institute for Development Economy and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai repratiasi cadangan devisa yang sudah tergerus hampir US$4 miliar pada Januari 2016 menunjukkan beban utang luar negeri mengalami kenaikan.

Seperti diketahui, pemerintah menambah utang luar negeri hingga mencapai Rp500 triliun. Selanjutnya, cadangan devisa masih akan berkurang karena proyek percepatan infrastruktur oleh pemerintah bakal meningkatkan laju impor.

"Kalau cadangan devisa terus tergerus, sementara untuk proyek percepatan infrastruktur dan sebagainya impornya meningkat, utang pemerintah juga meningkat. Ini akan dibaca oleh para pemain di pasar keuangan berarti akan tambahan permintaan," jelasnya, Jumat (5/2/2016).

Dia menyatakan sisi pasokan dari ekspor masih turun karena harga komoditas jatuh. Menurutnya, pemerintah harus segera menarik potensi devisa dari hasil ekspor yang masih terpakir di luar negeri.

Meningkatnya beban utang luar negeri dan kebutuhan impor yang tinggi dapat menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serikat. "Perlu pengetatan devisa ekspor dengan dilakukan semacam pemaksaan karena akan berat kalau cuma US$102 miliar," katanya.

Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa akhir Januari 2016 sebesar US$102,1 miliar atau lebih rendah dari posisi Desember 2015 sebesar US$105,9 miliar. Pengurangan cadangan devisa sebesar US$3,8 miliar dipengaruhi oleh kebutuhan untuk melakukan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Veronika Yasinta

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper