Bisnis.com, JAKARTA - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mencatat terdapat tujuh tantangan agar jaminan sosial kesehatan dapat berhasil di Indonesia.
Fahmi Idris, Plt. Direktur Utama BPJS Kesehatan mengatakan tantangan itu meliputi kesesuaian besaran iuran dengan manfaat yang diberikan serta penambahan jumlah peserta sehat. Dia mengatakan dua tantangan utama ini menjadi kunci utama keberlangsungan sistem.
"Makanya selalu disampaikan mendaftar di saat sehat," kata Fahmi di komplek DPR Jakarta, Selasa (9/2/2016).
Dia mencontohkan untuk satu pasien sakit cuci darah membutuhkan hampir 300 orang peserta sehat dengan tarif Rp40.000. "BPJS Kesehatan bukan Dinas Sosial akan tetapi jaminan sosial," katanya.
Selain itu, tantangan yang dihadapi meliputi standar tarif pelayanan kesehatan yang beragam antar rumah sakit untuk tindakan media yang sama, pengendalian biaya dan mutu layanan, distribusi keberadaan fasilitas kesehatan yang tidak merata di seluruh Indonesia, pengadaan obat yang sulit bagi rumah sakit kecil hingga sistem rujukan berjenjang.
Fahmi menjelaskan dalam dua tahun terakhir BPJS Kesehatan telah melewati masa transisi. Di awal program peserta mandatori yakni pegawai negeri, karyawan perusahaan menengah besar telah bergabung. Maka mulai 2016 badan harus dapat menjangkau lebih banyak nasabah kecil.
"Intinya untuk stabil adalah merekrut sebanyak mungkin peserta yang sehat, sehingga 2019 sudah tercover semuanya," kata Fahmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
