Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perkumpulan Prakarsa Luncurkan Indeks Kemiskinan Multidimensi 2012-2014

Dalam menyusun laporan tersebut, Perkumpulan Prakarsa menggunakan metode Multidimentional Poverty Index (MPI) OPHI untuk menghitung Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) tingkat nasional, provinsi serta kabupaten/kota berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) BPS tahun 2012-2014
Ilustrasi Kemiskinan/.Bisnis
Ilustrasi Kemiskinan/.Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga riset kebijakan, Perkumpulan Prakarsa, meluncurkan Laporan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia Tahun 2012-2014.

Dalam menyusun laporan tersebut, Perkumpulan Prakarsa menggunakan metode Multidimentional Poverty Index (MPI) OPHI untuk menghitung Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) tingkat nasional, provinsi serta kabupaten/kota berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) BPS tahun 2012-2014.

IKM adalah penghitungan kemiskinan secara lebih luas dengan melihat dimensi-dimensi penting yang mempengaruhi kapabilitas manusia yakni pendidikan, kesehatan dan standar kualitas hidup, bukan hanya dimensi ekonomi atau moneter.

IKM pertama kali dikembangkan oleh OPHI (Oxford Poverty and Human Development Initiative) Universitas Oxford bersama United Nations Development Programme (UNDP) pada 2010.

“IKM mengukur berbagai aspek deprivasi yang dialami seseorang dalam kehidupannya, termasuk aspek kurangnya akses pendidikan, kondisi tempat tinggal yang tidak layak, kesehatan, gizi buruk, dan lainnya. Tidak heran jika angka kemiskinan multidimensi lebih tinggi dari ukuran kemiskinan moneter," kata Peneliti Senior Perkumpulan Prakarsa, Setyo Budiantoro, dalam rilis Perkumpulan Prakarsa, Kamis (11/2/2016).

Data Perkumpulan Prakarsa mengungkap selama tiga tahun terakhir, kemiskinan multidimensi mengalami penurunan dari 35% (2012) menjadi 30,8% (2013) dan kembali turun menjadi 29,7% (2014).

Meski angka kemiskinan multidimensi turun, Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) masih mencatat persoalan yang merisaukan yakni makin memburuknya asupan gizi balita dan keparahan kemiskinan di perkotaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yusran Yunus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper