Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENURUNAN SUKU BUNGA KREDIT: Tak Seperti Gigit Cabai Rawit

Pasca pemangkasan suku bunga acuan pada Februari 2015, dari 7,75% menjadi 7,5%, para pelaku industri dan masyarakat berharap bank-bank juga turut menurunkan suku bunga kredit.
Bunga Kredit. /Bisnis.com
Bunga Kredit. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pasca pemangkasan suku bunga acuan pada Februari 2015, dari 7,75% menjadi 7,5%, para pelaku industri dan masyarakat berharap bank-bank juga turut menurunkan suku bunga kredit.

Selama ini, penurunan suku bunga kredit memang dinanti-nanti masyarakat. Di Indonesia, bank masih menjadi sumber pendanaan utama bagi masyarakat yang ingin menjalankan kegiatan usahanya.

Namun, pasca pemangkasan BI Rate pada awal tahun ini, suku bunga kredit hanya turun tipis kendati para bankir telah menurunkan suku bunga simpanan cukup signifikan.

Para bankir berdalih bahwa cost of credit yang ditanggung bank masih besar, begitu pula dengan biaya dana atau cost of fund yang harus dibayarkan kepada nasabah.

Menilik Statistik Perbankan Indonesia yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) bank-bank masih tinggi.

Per November 2015, NIM bank umum konvensional mencapai angka 5,35% atau tertinggi sepanjang 11 bulan pada tahun lalu. Terakhir, NIM bank umum menembus angka 5 pada 2012 sebesar 5,49%.

Ini berarti, penurunan suku bunga deposito lebih tinggi dibandingkan suku bunga kredit sehingga spread pendapatan semakin lebar.

Melihat pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang tak terlalu menggembirakan, Pemerintah tak tinggal diam. Dalam beberapa kali kesempatan ketika bertemu dengan para pelaku industri bank, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan bank harus mau menurunkan suku bunga kredit untuk membantu pertumbuhan ekonomi negara.

“Kemajuan sektor keuangan tercipta karena produktifitas sektor riil yang berkembang, bukan sebaliknya. Pelaku perbankan harus berpikir bahwa keuntungan lebih besar akan bisa teraih dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi bukan melalui tingkat pendapatan bunga yang besar,” ujarnya.

Tak lupa, JK juga meminta BI untuk menurunkan suku bunga acuan lagi supaya direspon bank-bank dengan menurunkan suku bunga kreditnya. Padahal, sepanjang tahun lalu BI harus fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah akibat ketidakpastian penaikan Fed Fund Rate.

Untuk membantu bank menurunkan biaya dana dan menjaga likuiditas, alih-alih menurunkan BI Rate, Bank Sentral pada November 2015 melakukan ekspansi dengan pelonggaran moneter melalui penurunan giro wajib minimum (GWM) dari 8% menjadi 7,5%. Diharapkan bank-bank bisa memangkas suku bunga kreditnya seiring dengan penurunan cost of fund.

Namun, bank-bank tetap menunggu adanya kembali penurunan BI Rate untuk memangkas suku bunga kredit mereka. Akhirnya pada Rapat Dewan Gubernur pada 14 Januari 2016, pasca-Fed Fund Rate dinaikkan sebesar 25 bps, otoritas moneter menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 7,25% setelah bertahan di level 7,5% selama 11 bulan.

Ternyata, penurunan BI Rate ini tidak serta merta membawa suku bunga kredit bank ke level yang lebih rendah. Pada tahun ini, industri perbankan dihadapkan pada tantangan mengetatnya likuiditas perbankan seiring dengan rencana front loading surat berharga negara (SBN).

Apabila rencana tersebut menyebabkan tersedotnya dana-dana masyarakat, penurunan suku bunga kredit tak akan banyak, mengingat bank-bank masih bakal bersaing merebutkan dana masyarakat dengan memasang suku bunga simpanan yang tinggi.

BIAYA DANA

Direktur Treasury & Assets Management PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Iman Nugroho Soeko mengatakan penurunan BI Rate ini diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi.

Namun, pemangkasan ini belum tentu dapat menurunkan suku bunga kredit karena harus dilihat terlebih dahulu apakah kebijakan yang diambil dapat menurunkan cost of fund perbankan.

“Ini bisa menimbulkan crowding out the market, di mana dana-dana masyarakat tersedot ke SBN dan berdampak pada meningkatnya biaya dana perbankan,” ucapnya.

Senada, Direktur Utama PT Bank Mayapada Tbk. Haryono Tjahrijadi mengatakan penurunan suku bunga kredit perseroan bergantung pada suku bunga dana perbankan.

Sementara itu, yang menjadi masalah saat ini bukan BI rate turun atau tidak, melainkan kondisi likuiditas yang ada di pasar. “Sepanjang likuiditas di pasar stabil dan baik, otomatis suku bunga dana akan turun,” ujarnya. Dengan penurunan suku bunga dana, maka otomatis perseroan dapat menye-suaikan suku bunga pinjamannya.

Direktur Utama PT Bank NationalNobu Tbk. Suhaimin Djohan menuturkan untuk adjusment suku bunga simpanan bank tidak bisa serta merta dilakukan karena jangka waktu simpanan berjangka yang bervariasi antara 1 bulan hingga 12 bulan. Sehingga, penurunan suku bunga kredit memerlukan waktu.

“Penyesuaian suku bunga deposito enggak bisa langsung dilakukan, cost of fund masih berjalan. Saya kira paling cepat impact ke suku bunga kredit itu ya 1 hingga 3 bulan,” katanya.

Adapun, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad menuturkan ada lagging atau jeda penurunan suku bunga kredit industri perbankan setelah pemangkasan BI Rate.

Menurutnya, akan ada jeda sekitar 3 bulan bagi bank untuk menurunkan suku bunga pinjaman. “Saya kira turunnya BI Rate ini memperkuat tren penurunan suku bunga kredit saja ya,” kata Muliaman.

Bagi pelaku industri dan masyarakat yang menginginkan suku bunga kredit segera turun, agaknya harus lebih bersabar. Meminjam ucapan Muliaman, pemangkasan suku bunga kredit pasca BI Rate turun, tak seperti gigit cabai yang langsung terasa pedasnya. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Jumat (12/2/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper