Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Pembayaran Indonesia 2015 Berbalik Defisit

Perlambatan ekonomi 2015 yang menyusutkan performa defisit transaksi berjalan ternyata tidak membuat capaian surplus neraca pembayaran Indonesia pada 2014 bertahan. Badai di pasar keuangan setahun lalu membuat neraca berbalik defisit US$1,1 miliar.
ilustrasi/bisnis.com
ilustrasi/bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Perlambatan ekonomi 2015 yang menyusutkan performa defisit transaksi berjalan ternyata tidak membuat capaian surplus neraca pembayaran Indonesia pada 2014 bertahan. Badai di pasar keuangan setahun lalu membuat neraca berbalik defisit US$1,1 miliar.

Dalam rilis terbaru Bank Indonesia (BI), neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal IV/2015 tercatat surplus US$5,1 miliar. Namun, capaian itu masih tidak mampu memulihkan performa neraca setahun karena dua kuartal sebelumnya, secara berurutan defisit US$2,9 miliar dan US$4,6 miliar.

Direktur Departemen Komunikasi BI Arbonas Hutabarat, dalam rilis itu, menyampaikan secara keseluruhan NPI 2015 mengalami tekanan besar, bersumber dari penurunan surplus transaksi modal dan finansial yang tidak dapat sepenuhnya membiayai defisit transaksi berjalan (current account deficit/ CAD).

“Penurunan aliran masuk modal portofolio asing yang cukup signifikan disebabkan oleh tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, meskipun ketidakpastian di pasar keuangan global sudah mereda pada kuartal IV/2015,” jelasnya seperti dikutip Bisnis.com, Jumat (12/2/2016).

Surplus transaksi modal dan finansial tahun lalu tercatat anjlok menjadi US$17,1 miliar dari sebelumnya US$45,0 miliar pada 2014. Selain tekanan di portofolio, kondisi ini disebabkan menurunnya aliran modal investasi langsung dan kebutuhan pendanaan korporasi dari luar negeri, sejalan dengan perlambatan ekonomi nasional.

Padahal, pada saat yang bersamaan, CAD tercatat senilai US$17,8 miliar atau 2,06% terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini melorot lebih jauh dari posisi defisit tahun sebelumnya US$27,5 miliar atau 3,09% PDB.

Performa ini disebabkan adanya penurunan impor yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor, yang berpengaruh juga pada kinerja neraca jasa dan neraca pendapatan. Dia melanjutkan ke depannya, otoritas moneter akan terus mewaspadai perkembangan global, terutama perlambatan ekonomi China dan pelemahan harga komoditas.

Eric Alexander Sugandi, Senior Economic Analyst Kenta Institute mengatakan performa defisit NPI pada 2015 memang terjadi akibat volatilitas pasar keuangan di saat tajamnya penurunan neraca perdagangan sehingga memoles CAD.

Untuk tahun ini, dia mengestimasi ada peluang NPI kembali surplus walaupun tipis. “Itu kalau investor FDI dan FPI terus masuk dan placementdi other investment bisa masuk ke Indonesia. Ini contohnya dana dalam rekening valas milik perusahaan dan perorangan,” terangnya.

Pasalnya, pos other investment dalam rilis NPI 2015 berbalik jadi defisit. Performa ini, sambungnya, megindikasikan adanya placementuang dari sistem keuangan Indonesia (capitaloutflows) ke negara luar secara signifikan.

Impor

Khusus untuk CAD, pihaknya memperkirakan akan ada kembali pelebaran posisi hingga 2,5% terhadap PDB. Estimasi ini dikarenakan akan semakin masifnya impor barang modal dan bahan baku, sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Aset Management berpendapat sejalan dengan pembangunan infrastruktur dan percepatan belanja yang dilakukan oleh pemerintah memang akan kembali menekan neraca transaksi berjalan. Apalagi, pelebaran porsi asing di beberapa sektor dalam revisi daftar negatif investasi (DNI) juga akan memperberat CAD.

Kondisi ini, lanjut dia, masih bisa dimaklumi investor karena selama bisa dijaga di kisaran 2,5% dari PDB. Pelebaran defisit itu dianggap positif karena ada belanja yang produktif untuk mengakselerasi laju PDB nasional.

Namun, di satu sisi, pihaknya mengkhawatirkan kondisi pasar keuangan tahun ini. Pasalnya, arah investor saat ini tidak bisa ditebak dan dapat berubah dengan cepat. Situasi eksternal terutama perlambatan ekonomi China, pelemahan harga minyak, dan manuver moneter beberapa bank sentral seperti China dan Jepang harus tetap diwaspadai.

“Paling tidak andalannya sekitar enam bulan ke depan masih dari pemerintah dengan penerbitanglobal bond lah,” katanya.

Melihat kondisi ini, BI juga harus waspada. Ruang pelonggaran moneter memang masih ada, tapi otoritas harus tetap berhati-hati agar rupiah tetap stabil dan confident investor terjaga.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan badai outflow di pasar keuangan – yang sempat menggerus surplus dari transaksi modal dan finansial – tahun ini akan mereda setelah the Fed menaikkan suku bunga acuannya. Tahun ini, dia memprediksi NPI akan surplus US$2 miliar.

 

Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (US$ Miliar)

------------------------------

Tahun  CAD    NPI

------------------------------

2010    5,1       30,3    

2011    1,7       11,8     

2012    (24,4)   0,2      

2013    (29,1)   (7,3)    

2014    (27,5)   15,2    

2015    (17,8)   (1,1)

------------------------------

CAD: Defisit Transaksi Berjalan

NPI: Neraca Pembayaran Indonesia

Sumber: Bank Indonesia, 2016, diolah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper