Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Desak Bank Tetapkan Bunga Kredit Komersil 7% Akhir 2016

Pemerintah mendesak perbankan nasional untuk menurunkan suku bunga pinjaman dari level double digit saat ini menjadi sekitar 7%-7,5% pada akhir 2016.
 Pemerintah mendesak perbankan nasional untuk menurunkan suku bunga pinjaman/ilustrasi-Bisnis.com
Pemerintah mendesak perbankan nasional untuk menurunkan suku bunga pinjaman/ilustrasi-Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mendesak perbankan nasional untuk menurunkan suku bunga pinjaman dari level double digit saat ini menjadi sekitar 7%-7,5% pada akhir 2016.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai saat ini para pengusaha kecil masih sulit mendapatkan bunga kredit komersil yang layak untuk menjalankan usahanya dan meningkatkan produktifitas.

Maka itu, dia menegaskan pemerintah sedang mengerahkan berbagai cara melalui semua celah kebijakan untuk mendorong penurunan bunga komersil perbankan lebih rendah dibanding negara lain.

"Jadi akhir tahun depan insyaAllah semua bunga jd 7%, ya 7,5%,"katanya dalam pidato pembukaan Indonesia Property Expo 2016 di Jakarta, Sabtu(13/2/2016).

Level bunga kredit yang ditargetkan pemerintah itu jauh lebih rendah dari realisasi bunga kredit perbankan saat ini.

Berdasarkan data Bank Indonesia periode Desember 2015, suku bunga kredit ritel bank-bank pelat merah berada pada kisaran 11,5%-12,25%, sedangkan bunga kredit konsumsi KPR dan non-KPR tercatat pada kisaran 8,6%-12,5%.

Adapun, bunga kredit korporasi tercatat pada kisaran 10,25%-11,5%. Sementara itu, bunga kredit mikro mencapai level 18,75%-19,25%.

Kalla berharap suku bunga kredit perbankan di Indonesia tak lagi menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara atau paling tidak bisa menurun berada di peringkat kedua tertinggi setelah Thailand atau Vietnam.

Menurut dia, Indonesia telah mengalami kerugian ekonomi akibat penerapan kebijakan bunga tinggi. Lagipula, tidak ada negara yang maju dengan aturan bunga tinggi.

Kebijakan bunga tinggipun lebih banyak menguntungkan investor asing dibandingkan masyarakat dalam negeri.

"Uang digaruk keluar bukan masuk ke dalam. Maka itu pemerintah akan menjalankan kebijakan dalam waktu yang tidak terlalu lama agar semua dunia usaha berkembang,"tegasnya.

Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara menginstruksikan empat bank pelat merah untuk menurunkan suku bunga kredit di level single digit pada kuartal II/2016.

"Tadi [pertemuan dengan Wapres] membicarakan secara menyeluruh kita dapat menurunkan suku bunga pinjaman. Pokoknya single digit,"ujar Menteri BUMN Rini Soemarno usai mendapat pengarahan Kalla di Kantor Wapres, awal Februari 2016.

Dia menegaskan kebijakan bunga kredit yang rendah akan mulai direalisasikan oleh empat bank BUMN yang termasuk 'pemain' besar di industri perbankan. Keempat bank antara lain PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Nantinya, Rini berharap bank-bank swasta akan mengikuti jejak keempat bank raksasa nasional tersebut untuk menurunkan bunga pinjaman bagi masyarakat di bawah 10%.

"Insyallah dalam waktu dekat, tak terlalu lama, dalam beberapa bulan ini. [Kuartal kedua] mungkin bisa,"tuturnya.

Untuk memuluskan rencana itu, dia mengaku akan bertemu dengan pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia dalam waktu dekat untuk membahas rencana secara lebih rinci.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menjelaskan kebijakan bunga kredit rendah diperlukan sebagai upaya mendorong efisiensi biaya keuangan demi menumbuhkan industri riil.

Secara tak langsung, penurunan bunga pinjaman berfungsi meminimalisir penghentian hubungan kerja (PHK) yang marak terjadi belakangan ini.

"Ini supaya efisien, industri bisa jalan, biaya-biaya di Indonesia murah. Kalau mahal semua tak bisa bersaing kita PHK lagi nanti,"katanya.

Tak hanya efisiensi sektor keuangan melalui penerapan bunga rendah, pemerintah juga akan menekan ongkos usaha dari sisi logistik, infrastruktur dasar, dan perizinan birokrasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lavinda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper