Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Prediksi The Fed Tak Akan Naikkan Suku Bunga Tahun ini

Pemerintah memprediksi Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga acuan tahun ini mengingat realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal I/2016 hanya 0,5%.
Darmin Nasution/Antara
Darmin Nasution/Antara

Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah memprediksi Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga acuan tahun ini mengingat realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal I/2016 hanya 0,5%.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan perlambatan perekonomian Amerika Serikat memiliki sisi positif bagi Indonesia. Dia menilai The Fed tidak akan berani menaikkan suku bunga acuan(Fed Fun Rate) seiring dengan perlambatan ini.

Ya artinya dia [The Fed] tidak akan berani menaikkan suku bunga, sampai akhir tahun mungkin tidak [naik],” tegasnya di Jakarta, Kamis Malam (28/4/2016).

Dia memprediksi The Fed tidak akan mengulang kebijakan penaikan suku bunga pada akhir tahun lalu. Bisnis mencatat The Fed menaikkan suku bunga acuan pada 16 Desember 2015 sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% hingga 0,5%.

Kenaikan ini merupakan yang pertama kalinya sejak sembilan tahun terakhir. Perbaikan kondisi pasar tenaga kerja AS dan optimisme kenaikan inflasi menjadi alasan The Fed menaikkan suku bunga.

Selanjutnya, The Fed memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan dalam rapat yang digelar pada 26 April hingga 27 April 2015. Namun, bank sentral Amerika Serikat tersebut tetap membuka kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan Juni mendatang.

Di sisi lain, Gubernur BI Agus Martowardojo memproyeksikan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sekali tahun ini. Prediksi ini dilatarbelakangi kebijakan bank sentral tersebut yang menahan masih menahan suku bunga.

Namun dia tidak dapat memprediksi berapa dan kapan suku bunga The Fed akan naik. Menurut Agus, kebijakan tersebut memiliki dampak positif bagi Indonesia.
"Dampak bagi negara-negara berkembang itu risk on, jadi uang akan banyak, longgar," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fauzul Muna
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper