Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDEF: BI Masih Wait and See Kenaikan Fed Rate

Bank Indonesia dinilai masih wait and see dengan rencana kenaikan Fed Fund Rate yang masih mengambang sehingga keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis (19/5/2016) malam memilih mempertahan BI rate.
./.
./.

Bisnis.com, Jakarta— Bank Indonesia dinilai masih wait and see dengan rencana kenaikan Fed Fund Rate yang masih mengambang sehingga keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis (19/5/2016) malam memilih mempertahan BI rate.

Ahmad Heri Firdaus, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menyayangkan sikap BI yang memilih menahan suku bunga acuan di tengah sejumlah indikator makroekonomi yang relatif stabil. Salah satunya, laju inflasi cenderung membaik bahkan mencapai deflasi pada April 2016 sebesar 0,45% bisa menjadi momentum penurunan BI rate.

“BI masih mewaspadai atau melihat ekonomi global, AS, Eropa, dan apakah FFR mau dinaikkan semester satu atau semester dua. Indikator domestik juga belum cukup meyakinkan BI untuk menurunkan suku bunga,” ujarnya.

Dia memperkirakan sampai akhir tahun capaian laju inflasi hanya berada di level 3% atau kurang dengan catatan terjaganya harga barang sehingga tidak terjadi lonjakan secara signifikan.

“Ini harusnya jadi momentum BI untuk menurunkan suku bunga supaya bisa bersaing denga suku bunga negara lain,” ucapnya.

BI kembali memilih mempertahankan suku bunga acuannya pada level 6,75%. Langkah BI ini sesuai dengan prediksi ekonom yang disurvei Bisnis sebelumnya. 

Suku bunga deposit facility sebesar 4,75% dan lending facility 7,25% berlaku sejak 20 Mei 2016. Sementara itu, secara berturu-turut BI 7-day reverse repo rate tetap 5,5% dengan struktur suku bunga operasi moneter yang tidak mengalami perubahan.

Untuk jangka waktu atau term structure 7 hari bunga sebesar 5,5%, 2 minggu 5,6%, 1 bulan 5,8%, 3 bulan 6,2%, 6 bulan 6,45%, 9 bulan 6,6% dan 12 bulan 6,75%. 

Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan kondisi eksternal belum memperlihatkan tanda-tanda perbaikan terutama ekonomi Amerika Serikat yang masih belum solid. Dia menuturkan konsumsi negeri Paman Sam itu masih mengalami pelamahan konsumsi, ketenagakerjaan, dan masih rendahnya inflasi.

“Kondisi itu akan mendorong The Fed tetap berhati-hati dalam melakukan penyesuaian suku bungaa Fed Fund Rate,” katanya. 

Pasar meyakini kesempatan naiknya Fed Fund Rate (FFR) akan terjadi pasa Juni 2016. Menurutnya, kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS itu akan tetap dilakukan secara gradual sebanyak dua kali pada tahun ini. Kondisi ini bakal direspons oleh dunia dan berdampak pada mata uang negara-negara yang secara umum mengalami penurunan terhadap dolar AS.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Eropa dan isu Brexit terkait kekhawatiran keluarnya Inggris dari Uni Eropa serta dibarengi perekonomian Jepang yang masih terus tertekan. Kondisi itu melanjutkan langkah negara maju untuk terus melonggarkan kebijakan moneter termasuk penerapan suku bunga negatif.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper