Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jateng Pertahankan Pertumbuhan Ekonomi 5,4%-5,8%

Kendati pertumbuhan ekonomi nasional telah direvisi, Bank Indonesia Jawa Tengah tetap berpegang teguh dan meyakini tingkat pertumbuhan Jateng pada tahun ini sesuai prediksi awal atau melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.
Sejumlah wisatawan menyaksikan matahari terbit pertama di tahun baru 2016 di candi Borobudur komplek Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) Magelang, Jawa Tengah/Antara
Sejumlah wisatawan menyaksikan matahari terbit pertama di tahun baru 2016 di candi Borobudur komplek Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) Magelang, Jawa Tengah/Antara

Bisnis.com, SEMARANG - Kendati pertumbuhan ekonomi nasional telah direvisi, Bank Indonesia Jawa Tengah tetap berpegang teguh dan meyakini tingkat pertumbuhan Jateng pada tahun ini sesuai prediksi awal atau melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baru-baru ini BI telah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sebelumnya 5,2%--5,6% menjadi 5%--5,4%. Kendati lebih rendah dari perkiraan awal, BI melihat masih ada ruang untuk tumbuh.

Sebaliknya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Iskandar Simorangkir menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Jateng pada tahun ini tetap berada pada proyeksi awal yakni kisaran 5,4%-5,8%.

"Kami tidak menurunkan proyeksi. Kami tetap optimistis pertumbuhan pada tahun ini tetap tinggi. Pola ekonomi di Jateng berbeda dengan daerah lain. Memang, ada kemungkinan berada di batas bawah. Tapi, pertumbuhan di Jateng tetap tinggi," ungkapnya, Selasa (24/5/2016).

Keyakinan itu ditopang oleh beberapa faktor, yakni pergerakan proyek pembangunan infrastruktur yang sangat pesat di Jateng. Selain itu, kinerja ekspor juga terpantau baik, meski kondisi ekonomi global belum terlalu pulih.

Beberapa komoditas yang memperlihatkan peningkatan yakni tekstil serta industri kecantikan. Iskandar mengatakan permintaan terhadap bulu mata palsu dan rambut palsu hasil produksi dari Kabupaten Banjarnegara mengalami pertumbuhan.

Selain itu, tingkat investasi ke Jateng pada tahun ini memperlihatkan kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun lalu, baik dari pemerintah atau swasta.

Walaupun begitu, dia mencatatkan terdapat faktor eksternal yang perlu diwaspadai, yakni tingkat pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Berdasarkan data indeks manufaktur yang baru dirilis, ekonomi negara tirai bambu tersebut cenderung terus mengalami pelemahan.

Padahal, tingkat ekspor Jateng ke China terbilang cukup tinggi, yakni mencapai 12%--16% dari total eskspor. "Untuk itu, salah satu langkah yang perlu diambil adalah diversifikasi produk. Selain itu, produk yang tidak bisa diserap oleh China, dialihkan ke pasar domestik saja," tutup Iskandar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatia Qanitat
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper