Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Gejolak Kurs, Delapan BUMN Sepakati Hedging

Delapan korporasi BUMN dari berbagai bidang menyepakati fasilitas lindung nilai atau FX Line dengan tiga bank BUMN di Jakarta pada Rabu (25/5/2016).
Ilustrasi/Reuters-Thomas Mukoya
Ilustrasi/Reuters-Thomas Mukoya

Bisnis.com, JAKARTA – Delapan korporasi BUMN dari berbagai bidang menyepakati fasilitas lindung nilai atau FX Line dengan tiga bank BUMN di Jakarta pada Rabu (25/5/2016).

Penandatanganan kerja sama yang dihadiri Menteri BUMN Rini Soemarno tersebut merupakan tindak lanjut dari Program Hedging BUMN yang sudah berjalan sejak dua tahun lalu.

Korporasi BUMN yang mengambil kontrak lindung nilai tersebut, yaitu PT Pelindo III, Pelindo II, Pupuk Indonesia, Perusahaan Gas Negara, Badan Urusan Logistik, Perum Peruri, Aneka Tambang, dan Semen Baturaja.

Adapun, tiga bank BUMN yang terlibat dalam FX Line bernilai total hingga US$1,75 miliar tersebut adalah Bank BRI sebesar US$750 juta, Bank Mandiri sebesar US$581 juta, dan US$419 juta.

Sebelumnya PLN dan Pertamina sudah mengambil langkah yang sama terkait kontrak lindung nilai.

Dengan hedging, daya tahan (resiliency) perusahaan BUMN akan lebih kuat menghadapi fluktuasi pasar uang yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

FX line akan memberikan BUMN kepastian cash flow sehingga memudahkan pengelolaan likuiditas yang semakin memudahkan pengelolaan keuangan perusahaan secara umum.

Adanya kerja sama tersebut menunjukkan peningkatan kesadaran dunia usaha atas pengelolaan risiko nilau tukar mata uang (hedging). Selain itu juga penting pencapaian stabilitas makro dan sistem keuangan nasional.

Demikian dipaparkan Direktur Keuangan Pelindo III Saefudin Noer yang hadir pada penandatangan tersebut.

“Perjanjian hari ini merupakan bagian dari upaya pengelolaan risiko keuangan Pelindo III, karena ada kebutuhan dan kewajiban dalam mata uang internasional,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (25/5/2016) petang.

Terkait arahan Menteri BUMN untuk memperluas sumber-sumber pembiayaan, lanjutnya, Pelindo III sudah memiliki global bond, ECA, dan sedang menjajaki sindikasi pembiayaan dengan bank BUMN.

Selain itu juga obligasi untuk memenuhi kebutuhan capex maupun opex hingga 2019.

“Kami akan menjaga keseimbangan antara pembiayaan dari perbankan maupun debt capital market instrument, seperti sukuk maupun obligasi konvensional,” tegasnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), selama lima tahun terakhir jumlah transaksi lindung nilai terus mengalami peningkatan.

Hal ini terlihat dari pada peningkatan porsi transaksi derivatif di pasar valas domestik dibandingkan total transaksi valas yang mencapai 40% pada tahun 2016, dibandingkan 35% pada 2015.

“Sektor perbankan terus didorong untuk meningkatkan skill-set dalam mengembangkan produk derivatif untuk tujuan lindung nilai. Peningkatan lindung nilai ini pada akhirnya dapat mendukung stabilitas makroekonomi dan pencapaian ekonomi yang berkelanjutan,” jelas Nanang Hendarsyah, Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper