Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LOAN to VALUE: Pelonggaran Makroprudensial, Ini Harapan BI

Bank Indonesia berharap pertumbuhan ekonomi dan dunia usaha bisa segera bangkit dengan beragam pelonggaran kebijakan yang telah dikeluarkan oleh bank sentral.
Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside
Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia berharap pertumbuhan ekonomi dan dunia usaha bisa segera bangkit dengan beragam pelonggaran kebijakan yang telah dikeluarkan oleh bank sentral. 

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warijo mengatakan kepercayaan diri dunia  usaha saat ini harus ditumbuhkan dengan beragam pelonggaran kebijakan yang telah dilakukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi salah satunya dengan melakukan pelonggaran loan to value (LTV). 

"Pesannya kepada dunia usaha, ekonomi akan membaik. Jadi perspektif bisnisnya confident bisnis harus dibangun, kalau semua confident-nya belum naik agak susah kita mengangkat pertumbuhan," ujar Perry di Kompleks Bank Indonesia Jakarta, Jumat (17/6/2016). 

Pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berlangsung pada 15-16 Juni 2016, diputuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 6,5%.

Deposit facility juga turun 25 basis poin menjadi 4,5% dan lending facility turun 25 basis poin menjadi 7,0% berlaku mulai 17 Juni 2016.

Sementara itu, BI 7-day Repo Rate mengalami penurunan yang sama 25 basis poin menjadi 5,25%. Dengan bgeitu, term structure operasi moneter BI untuk 7 hari sebesar 5,25%, 2 minggu sebesar 5,45%, 1 bulan sebesar 5,7%, 3 bulan sebesar 6,10%, 6 bulan 6,30%, 9 bulan 6,4%, dan12 bulan 6,50%.

Untuk mendorong kredit perbankan, Bank Indonesia juga menaikkan batas bawah Loan to Financing Ratio terkait  Giro Wajib Minimum (GWM-LFR) dari 78% menjadi 80%, dengan batas atas tetap sebesar 92%. Ketentuan di bidang makroprudensial tersebut mulai diberlakukan pada Agustus 2016.

Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Andry Asmoro mengatakan relaksasi yang dilakukan oleh bank sentral ini tidak serta merta berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan mendorong permintaan kredit terutama properti. Andry memprediksi titik balik akan terasa dalam kuartal II/2016. 

Selain itu, dorongan terhadap kredit properti diprediksi bisa mendorong sektor lain yang berkaitan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Kalau dampaknya kan bisa lebih dari 100 sektor yang terdorong kalau properti tumbuh. Saya rasa ada lagging tapi tetap akan positif ke properti," ujar Andry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper