Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ternyata Situbondo Masuk Daerah Tertinggal, Ini Penyebabnya

Kabupaten Situbondo menjadi salah satu dari 122 daerah tertinggal di Indonesia.
Gerbang Kabupaten Situbondo/Ilustrasi-allatansau.blogspot.com
Gerbang Kabupaten Situbondo/Ilustrasi-allatansau.blogspot.com

Bisnis.com, SITUBONDO - Kabupaten Situbondo menjadi salah satu dari 122 daerah tertinggal di Indonesia.

Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) Singgih Wiranto mengatakan saat ini ada 122 daerah tertinggal di seluruh Indonesia, salah satunya Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Dari total tersebut, pemerintah menargetkan untuk mengentaskan 80 daerah tertinggal pada 2019.

Suatu daerah masuk kategori tertinggal berdasarkan enam kriteria antara lain tingkat kesehatan, pendidikan, infrastruktur, ketergantungan terhadap pemerintah pusat, serta daerah rawan konflik, bencana, dan perbatasan.

Sebagian besar daerah tertinggal karena memiliki pendapatan asli daerah (PAD) yang kecil sehingga memiliki ruang fiskal yang sempit dan cenderung tergantung pada pemerintah pusat. Adapun khusus Situbondo, kabupaten itu masuk dalam daftar daerah tertinggal karena Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah, di bawah rata-rata IPM nasional.

IPM bisa ditingkatkan dengan memperbaiki daya beli masyarakat. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal PDT mengucurkan bantuan Rp10,2 miliar pada 2015 untuk pembangunan jaring apung, peningkatan produksi jagung dan kopi, serta pengangkut produk pertanian. Bentuk bantuan tersebut sesuai dengan kondisi geografis dan potensi ekonomi di Situbondo.

"Agar mereka mau mengembangkan potensi yang dimiliki daerahnya untuk peningkatan kesejahteraan," katanya dalam Acara Jelajah Desa Nusantara (JDN) Kementerian PDTT di Situbondo, Minggu (19/6/2016).

Selain itu, pemerintah juga mendorong pembangunan infrastruktur di daerah tertinggal. Keberadaan infrastruktur akan mendorong investasi masuk ke daerah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fauzul Muna

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper