Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik mencatat nilai impor Indonesia pada Juni 2016 mencapai US$12,02 miliar atau naik 7,86% dibandingkan Mei 2016.
Nilai impor ini dipengaruhi oleh impor nonmigas yang mencapai US$10,33 miliar atau naik 9,07% dibandingkan Mei 2016, namun menurun 0,66% dibandingkan Juni 2015.
"Impor Indonesia naik 7,86% jika dibandingkan Mei 2016, namun sebaliknya turun 7,41% jika dibandingkan Juni 2015," kata Kepala BPS Suryamin pada konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (15/7/2016).
Suryamin mengatakan peningkatan impor terjadi pada sektor migas sebesar US$17 juta atau 1,02% dan sektor nonmigas sebesar US$859,2 juta atau naik 9,07%.
Peningkatan impor migas ini dipicu oleh naiknya nilai impor hasil minyak 27,19%, namun impor minyak mentah dan gas turun masing-masing 25,16% dan 0,29%.
Secara kumulatif, nilai impor Indonesia Januari-Juni 2016 mencapai US$65.915,6 juta atau turun 10,86% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun untuk peningkatan terbesar impor nonmigas selama Juni 2016 terjadi oleh golongan mesin dan peralatan mekanik sebesar 18,06% dengan nilai US$289,1 juta.
Kenaikan juga diikuti oleh golongan besi dan baja sebesar 26,94%, barang dari besi dan baha sebesar 25,39%, kendaraan dan bagiannya 14,50%.
Sementara itu, golongan pesawat terbang dan bagiannya mengalami penurunan tertinggi, yakni 73,24% dengan nilai US$95,8 juta.
Negara asal barang impor terbesar pada semester I-2016 adalah Tiongkok dengan nilai US$14,96 miliar (26,10%), Jepang US$6,27 miliar (10,93%) dan disusul Thailand US$4,51 miliar (7,88%).
"Untuk impor nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 22%, sedangkan dari Uni Eropa 9,39%," ujar Suryamin.
Menurut penggolongan barangnya, impor barang konsumsi meningkat 13,57% pada semester I-2016, sedangkan impor golongan bahan baku dan barang modal mengalami penurunan masing-masing sebesar 12,23% dan 15,31%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel