Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Banten: Dana Murah di Banten Potensial

PT Bank Pembangunan Daerah Banten, Tbk. membidik sumber pendanaan yang didominasi oleh dana murah.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Pembangunan Daerah Banten, Tbk. membidik sumber pendanaan yang didominasi oleh dana murah.

Calon Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Banten, Tbk. Heru Sukanto pengelolaan dana pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Banten sebetulnya potensial. Tapi pihaknya menaruh harapan lebih besar untuk mencari sumber pendanaan dari tabungan.

“Kami harapkan dukungan dari masyarakat Banten agar gunakan banknya sendiri. Tabungan-tabungan dari masyarakat Banten yang kami harapkan. Selama ini tabungan-tabungan ini masih tersebar di berbagai bank,” ucapnya, Jumat (22/7/2016).

Ditanya soal program prioritas pada tahun pertama saat Bank Banten beroperasi, Heru tidak menjelaskan straregi khusus. Tapi dia memastikan perbaikan kinerja bakal dikejar setiap bulan melalui berbagai langkah efisiensi bisnis.

“Tidak bisa dipatok koridor waktu begitu [misalnya dalam setahun targetnya apa]. Kuncinya ya kami segera lakukan perbaikan, harus ada pertumbuhan,” ucapnya.

Saat ini sedang dilakukan efisiensi besar-besaran di dalam tubuh perseroan. Hal ini bermaksud untuk mendongkrak kinerja Pundi yang sejak tahun lalu merosot terus. Sebut saja rugi bersih yang tercatat Rp80 miliar pada kuartal I/2016, sebelumnya Rp331 miliar secara year on year.

Aset Pundi juga terus merosot dari Rp5,9 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp4,59 triliun per Maret 2016. Rasio kredit bermasalah juga terus menanjak dari 4,91% menjadi 4,98% (y-o-y). Kenaikan NPL ini dibarengi peningkatan rasio beban operasional  terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 159% dari sebelumnya 134% (y-o-y).

Penyebab tingginya BOPO adalah turunnya pendapatan bunga sehingga tidak mampu mengimbangi beban bunga bank. Secara year to date (y-t-d), pendapatan bunga bersih Pundi merosot dari Rp1 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp150 miliar per Maret 2016. Ini dampak dari outstanding kredit yang terus menurun sejak tahun lalu.

Khusus terkait rasio kredit bermasalah, tutur Heru, bakal ditekan dan dijaga di bawah 3%. “Harus ada perbaikan atau ekspansi bisnis. Harus dijaga tidak tumbuh NPL baru, persentasenya harus menjadi lebih baik,” ucapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper