Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Inflasi September 2016 Sebesar 0,22%

Badan Pusat Statistik mencatatkan terjadinya inflasi sebesar 0,22% sepanjang September 2016.
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatatkan terjadinya inflasi sebesar 0,22% sepanjang September 2016.

Penyebab utama inflasi terjadi di beberapa sub sektor seperti kenaikan harga pulsa telepon selular, kenaikan biaya sewa rumah, pembayaran biaya akademi dan perguruan tinggi, kenaikan harga rokok kretek filter, tarif listrik, dan kenaikan harga cabai merah.

Kepala BPS Surhariyanto mengatakan inflasi tahun kalender tercatat 1,97% dan inflasi tahunan (year on year) sebesar 3,07%.Dari 82 kota, sebanyak 58 kota mengalami inflasi dengan laju tertinggi berada di Sibolga sebesar 1,85%, sementara inflasi terendah terjadi di Purwokerto dan Banyuwangi sebesar 0,02%. Deflasi tertinggi tercatat di Pontianak dengan laju -1,06%.

"Inflasi tahun kalender sebesar 1,97%. Kita harapkan tiga bulan ke depan tetap terkendali sehingga target yang dipasang bisa tercapai," katanya, dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/10/2016).

Dari kelompok pengeluaran, bagan makanan justru mengalami deflasi sebesar 0,07% dengan andil dalam inflasi September 2016 sebesar -0,01%. Harga beras dan telur ayam terkoreksi turun.

"Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. Ini disebabkan cuaca buruk sehingga pasokan cabai merah berkurang," ucapnya.

Selain itu, kenaikan uang kuliah untuk akademi dan perguruan tinggi, kenaikan harga rokok kretek filter, dan kenaikan harga sewa rumah dan tarif listrik juga menyumbang andil deflasi.

"Juga ada kenaikan tarif pulsa ponsel sebesar 0,05%, sementara andil deflasi disebabkan terjadinya penurunan tarif angkutan udara," ujarnya.

Sebelumnya, pencapaian indeks harga konsumen pada Agustus 2016 tercatat mengalami deflasi 0,02% (month on month/mom) atau terendah dibandingkan Agustus lainnya sejak 2011 dinilai merupakan akibat masih lemahnya daya beli masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper