Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biaya Operasional dan Kredit Oke, Laba Danamon Tumbuh 33%

PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (Danamon) memperoleh laba bersih setelah pajak senilai Rp2,5 triliun sepanjang triwulan III/2016. Angka tersebut meningkat 33% dari periode yang sama tahun lalu
Bank Danamon./.Bisnis
Bank Danamon./.Bisnis

Bisnis.com,JAKARTA- PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (Danamon) memperoleh laba bersih setelah pajak senilai Rp2,5 triliun sepanjang triwulan III/2016. Angka tersebut meningkat 33% dari periode yang sama tahun lalu.

Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Danamon mengatakan triwulan III tahun lalu laba bersih perseroan sebesar Rp1,8 triliun. Peningkatan laba tersebut didukung oleh upaya perseroan dalam mengelola biaya operasional dan biaya kredit lebih baik dari tahun lalu.

Selain itu pertumbuhan pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) sebesar 9% juga berkontribusi besar.

"Pertumbuhan fee based income merupakan hasil dari pemberian nilai tambah pada produk-produk Danamon," katanya dalam paparan kinerja triwulan III/2016 di Jakarta, Selasa (25/10/2016).

Pertumbuhan fee based income didukung dari fee income Adira Insurance yang tumbuh 2% menjadi Rp656 miliar, cash management yang tumbuh 14% menjadi Rp244 miliar serta bancassurance yang tumbuh 19% menjadi Rp203 miliar.

Meskipun demikian, secara keseluruhan kredit Danamon turun 9% (y-o-y) menjadi Rp121,6% dari posisi Rp133,6%. Vera menjelaskan, penurunan tersebut disebabkan oleh dua faktor utama yakni dari kredit usaha mikro dan kredit kendaraan bermotor.

Kredit usaha mikro melalui produk Danamon Simpan Pinjam (DSP) turun sebesar 29% sedangkan kredit otomotif turun 8%. Namun kredit untuk usaha kecil dan menengah (UKM) tumbuh 6%.

Penurunan kredit juga berdampak pada meningkatnya rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebanyak 50 bps dari posisi 3% menjadi 3,5%.

Menurut Vera, kenaikan tersebut bukan disebabkan oleh naiknya angka kredit bermasalah tetapi karena turunnya permintaan kredit. Namun pihaknya akan berupaya meningkatkan kualitas aset lewat penerapan prosedur pengelolaan risiko dan proses collection dan credit recovery yang disiplin.

"Kredit bermasalah nilainya Rp3,5 triliun. Secara year on year hampir flat. Jadi NPL naik karena pembagi atau denominator yang naik," ujarnya.

Dia memperkirakan kualitas aset akan membaik tahun depan. Hal ini tercermin dari turunnya biaya kredit sebesar 4% dari Rp3,5 triliun menjadi Rp3,4 triliun (y-o-y).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Abdul Rahman

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper