Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI INDONESIA: Pertumbuhan Bergerak ke Arah Positif

Pengamat ekonomi James D Adam mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mulai bergerak ke arah positif dalam dua tahun masa pemerintahan Jokowi-JK, meski sedikit lamban. Hal itu terukur dari pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, KUPANG - Indonesia diyakini sedang bergerak menuju pertumbuhan ekonomi yang semakin baik.

Pengamat ekonomi James D Adam mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mulai bergerak ke arah positif dalam dua tahun masa pemerintahan Jokowi-JK, meski sedikit lamban. Hal itu terukur dari pertumbuhan ekonomi secara nasional.

"Hal ini bisa terlihat dari turunnya tingkat kemiskinan secara nasional hingga ke posisi 1,4% dari total penduduk Indonesia," kata mantan Pembantu Rektor III Unkris Artha Wacana Kupang itu, Jumat (28/10/2016).

Menurut dia, penurunan angka kemiskinan itu juga mencerminkan mulai meratanya stabilitas pada berbagai harga komoditi, terutama untuk komoditi yang banyak dikonsumsi masyarakat miskin.

Dengan stabilitas harga tersebut, ujarnya, membuat konsumsi masyarakat bertambah sehingga dapat keluar dari garis kemiskinan.

Penurunan angka kemiskinan tersebut, kata James Adam, juga tidak bisa langsung dikorelasikan dengan capaian pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2016.

Penurunan tersebut, kata anggota IFAD (International Fund for Agricultural Development) untuk program pemberdayaan masyarakat pesisir NTT, menghitung berapa penduduk yang di bawah garis kemiskinan, sementara pertumbuhan ekonomi menghitung penambahan kegiatan ekonomi dan jasa.

Dalam konteks NTT jumlah penduduk miskin daerah setempat mengalami penurunan 10.610 orang dibanding penduduk miskin pada September 2015, sebanyak 1,160 juta orang atau 22,58% dari total penduduk di daerah ini.

"Jumlah penduduk miskin di NTT mengalami penurunan sekitar 10.610 orang dibanding penduduk miskin pada September 2015, sebanyak 1,160 juta orang atau 22,58% dari total penduduk di daerah ini," katanya.

Menurut dia hingga semester pertama 2016 jumlah penduduk miskin di daerah itu mencapai 1,149 juta orang atau 22,19% dari total jumlah penduduk 5,3 juta orang itu karena berbagai terobosan program kerja di antaranya program Desa Mandiri "Anggur Merah".

Penurunan penduduk miskin ini, kata dia, terjadi di daerah pedesaan, dilihat dari sisi ekonomi pemenuhan kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan, diukur dari sisi pengeluaran dan program-program pemberdayaan ekonomi pemerintah yang dipandang menyentuh langsung masyarakat di perdesaan.

Ke depan, dengan berjalannya waktu maka usaha ekonomi produktif masyarakat haruslah menjadi pendorong untuk penanggulangan berbagai penyakit ekonomi masyarakat.

Seperti sebut dia, kemiskinan, ketertinggalan, keterbelakangan, dan keterpurukan yang harus segera diputuskan agar tidak terus menerus melilit kehidupan masyarakat kita.

NTT kata dia adalah daerah kering dan daerah miskin menurut kategori pemerintah pusat namun sebetulnya bisa menjadi relatif lebih baik jika pemimpin dan warganya mau untuk berubah.

"Kita tidak butuh slogan, tidak butuh konsep, tidak butuh renungan panjang lebar, tidak butuh propaganda, dan tidak butuh orang pintar tetapi yang kita butuh orang yang berdedikasi tinggi untuk melakukan perubahan bagi banyak orang," katanya.

Di NTT, kata dia, ada banyak pakar lahan kering, pakar peternakan, pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan namun sayangnya para pakar tersebut belum banyak berbuat bagi daerahnya sendiri.

"Pertanyaan kita mengapa predikat itu masih enak kita pikul terus menerus tanpa ada upaya konkrit untuk menghapusnya, padahal setiap pergantian pemerintahan ada saja program yang bagus-bagus ditawarkan namun ketika menjadi pemimpin malah hanya indah kabar dari rupa," demikian James Adam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper