Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inklusi Keuangan: Menakar Kecepatan Akses Keuangan di Sumsel

Inklusi Keuangan: Menakar Kecepatan Akses Keuangan di Sumsel.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Sudah 3 bulan terakhir ini toko kelontong Abang Maimun tak hanya dipenuhi pembeli sembako, ada pula warga Desa Sungsang yang datang untuk mengirim uang, membayar tagihan belanja online hingga menabung di toko itu.

Abang Maimun adalah satu dari tiga agen layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (Laku Pandai) yang digandeng salah satu Bank BUMN di Desa Sungsang, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan.

“Banyak warga yang ingin transfer uang untuk anaknya yang sekolah di luar, jadi mereka tidak perlu ke kota lagi cukup datang ke toko saya,” katanya.

Dia menyebutkan masyarakat Desa Sungsang memang cukup sulit mengakses layanan perbankan karena minimnya keberadaan kantor bank di desa pesisir itu. Menurutnya, hanya ada satu kantor bank pembangunan daerah (BPD) yang beroperasi di Desa Sungsang.

Padahal, kebutuhan akses perbankan bagi warga yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan dan pedagang itu dinilai cukup tinggi.

Tengok saja catatan Maimun, selama menjadi agen Laku Pandai dia bisa melayani 20 transaksi hingga 50 transaksi per hari. Adapun nilai transaksi yang dibukukannya mencapai sekitar Rp20 juta per hari.

Maimun menambahkan dirinya juga seringkali menerima setoran dari pelajar untuk tabungan Simpanan Pelajar (Simpel).

Menurutnya, minat pelajar di Sungsang untuk menabung mulai terbentuk seiring kehadiran Simpel yang mana saat ini tercatat ada 120 nasabah Simpel yang dilayani Maimun dengan saldo mencapai hingga Rp30 juta.

“Pelajar di sini bisa menabung sampai Rp20.000 per hari, karena mereka sering dapat uang jajan banyak kalau lagi musim ikan. Sekarang bagaimana membiasakan mereka untuk menabung,” ujarnya.

Maimun sendiri mengaku sudah menerapkan strategi agar pelajar di desa itu mau menyisihkan uang jajannya untuk menabung, yakni dengan memberikan reward berupa hadiah.

“Kadang saya kasih hadiah buat yang nabung, supaya mereka semangat. Selain itu, semakin banyak transaksi juga akan menguntungkan buat agen,” tuturnya.

Simpel dan Laku Pandai merupakan dua program yang dilahirkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, kemudian  masuk dalam program prioritas Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Sumsel.

Kepala Kantor OJK Regional 7 Palembang, Panca Hadi Suryatno, mengatakan TPAKD Sumsel menjadikan Simpel dan Laku Pandai sebagai program jangka pendek.

“Untuk menggerakkan industri keuangan relatif lebih cepat, selain itu kami pikir Laku Pandai dan Simpel adalah program yang cocok untuk mempercepat akses keuangan di daerah,” ungkapnya.

Sumsel merupakan provinsi pertama yang memiliki TPAKD di Tanah Air, yaitu pada Maret 2016. Selain melibatkan OJK, tim itu juga terdiri dari jajaran pemerintah daerah.

Di atas kertas, rencana percepatan program jangka pendek TPAKD sudah on the track bahkan ada yang sudah melampaui target.

Pancha memaparkan jumlah tabungan Simpel sudah mencapai 35.027 rekening dengan saldo senilai Rp4,26 miliar.

Rekening Simpel itu dikumpulkan oleh 14 perbankan yang beroperasi di Sumsel hingga Oktober 2016. Sementara TPAKD Sumsel sendiri menargetkan perbankan menghimpun 1.000 rekening sampai dengan akhir tahun.

“Pencapaiannya cukup lumayan, perbankan memang gencar melaksanakan program itu di 51 sekolah di Sumsel,” katanya.

Untuk Laku Pandai sendiri, Panca mengemukakan, saat ini telah ada 2.189 agen Laku Pandai yang tersebar di delapan kabupaten/kota.

Menurut dia, TPAKD mengarahkan perbankan untuk menjaring agen Laku Pandai di daerah yang sulit terjangkau jaringan kantor bank.

Otoritas meyakini  jumlah agen Laku  Pandai bisa mencapai target sebanyak 3.000 agen sampai akhir 2016 yang dilaksanakan oleh lima perbankan di Sumsel.

Lebih lanjut, Panca mengatakan, TPAKD juga sudah menyusun sejumlah rencana jangka panjang untuk percepatan akses keuangan.

“Kalau jangka panjang maka percepatan itu harus bisa meningkatkan perekonomian daerah, oleh karena itu kami sudah susun program revitalisasi pasar tradisional dan pendampingan UMKM,” ujarnya.

Salah satu daerah di Sumsel yang merasakan dampak dari kerja nyata OJK dan TPAKD adalah Kabupaten Empat Lawang.

Daerah hasil pemekaran itu menilai implementasi Laku Pandai  sangat efektif mengingat jumlah kantor bank yang masih minim di daerah itu.

Kepala Bidang Ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Empat Lawang, Sofyan Haris, mengatakan saat ini baru terdapat lima kantor cabang yang beroperasi di kabupaten tersebut.

“Jika masyarakat di desa yang ingin ke bank butuh waktu perjalanan sekitar 1,5 jam karena baru ada di pusat kota,” katanya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Sofyan menyebut perbankan yang telah beroperasi di Empat Lawang, seperti BRI, Bank Danamon, BTPN, BNI dan Bank Sumsel Babel.

“Makanya kami sangat tertarik dengan kehadiran agen Laku Pandai di Empat Lawang karena itu akan membantu masyarakat mengakses layanan bank,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper