Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Pertambangan Merosot, Banyak Faktor Perlu Diwaspadai

Industri perbankan berharap cemas terhadap perkembangan sektor pertambangan. Mereka belum berani menaruh ekspektasi berlebih sampai dengan penghujung 2016.
Aktivitas penambangan. /Antara
Aktivitas penambangan. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Industri perbankan berharap cemas terhadap perkembangan sektor pertambangan. Mereka belum berani menaruh ekspektasi berlebih sampai dengan penghujung 2016.

Sejauh ini penyaluran kredit pertambangan dan penggalian tampak belum kembali bergairah walaupun harga komoditas di sektor ini relatif membaik. Bank Indonesia melansir untuk kredit investasi naik 7,6% pada Oktober tahun ini (yoy), sedangkan kredit modal kerja susut 27,2%.

Kredit investasi (KI) pada bulan kesepuluh silam Rp53,6 triliun, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu Rp49,8 triliun. Sementara untuk kredit modal kerja (KMK) hanya mencapai Rp56,9 triliun. Padahal, selama Oktober tahun lalu penyalurannya menyentuh Rp78,2 triliun.

Direktur Bisnis Menengah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Putrama Wahyu Setyawan menuturkan banyak aspek yang perlu diwaspadai dalam penyaluran kredit ke sektor pertambangan, salah satunya perkembangan harga dan permintaan komoditas di bidang ini.

“Harapan kami dari sisi perbankan, kami harapkan kenaikan harga komoditas itu berlangsung sustain,” ucapnya kepada Bisnis.com, di Jakarta, Kamis (1/12/2016).

Emiten berkode saham BBNI tersebut memandang sektor pertambangan di dalam negeri tetap prospektif, khususnya batu bara. Pada waktu mendatang kinerja sektor ini bakal tertopang aneka proyek infrastruktur di bidang energi yang memanfaatkan coal.

Oleh karena itu, bank menilai permintaan kredit di sektor pertambangan ke depan akan terus ada. Tapi saat ini cenderung melambat lantaran kinerja kredit sedang kurang bergeliat terpengaruh kondisi makro ekonomi.

Sementara itu, Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardy menyatakan sejatinya perbankan masih menunggu dan menahan diri. Walaupun ada indikasi perbaikan dari sisi harga, tetapi kondisi ini dikhawatirkan hanya bersifat sementara alias temporer.

“Kondisi ini [perbaikan harga komoditas tambang] bersifat jangka pendek atau jangka panjang ya kami belum tahu juga. Tapi kami syukuri saja, setidaknya kinerja kredit di sektor ini agak mulai tertolong,” tutur dia.

Ekonomi Bank Central Asia (BCA) David Sumual setali tiga uang dengan bankir. Permintaan kredit di sektor pertambangan dan penggalian saat ini dinilai belum ada perbaikan signifikan. Sejumlah aspek krusial seperti rasio kredit bermaslah (NPL) relatif masih tinggi.

“Korporat di sektor pertambanganpun sejauh ini masih mengutamakan dana-dana internal mereka,  sehingga permintaan kredit masih relatif turun. Belum lagi NPL masih di kisaran di atas 6% jadi bank hati-hati salurkan kredit,” katanya kepada Bisnis.

David bependapat pada tahun depan prospek sektor pertambangan belum jauh beda dari 2016. Perusahaan-perusahaan di bidang pertambangan masih terus mengutamakan dana internal ketimbang mencari pendanaan dari bank. Selain itu, mereka juga belum agresif ekspansi bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper