Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merger Bank Andara & Bank Dinar Tak Pangkas Karyawan

Investor asal Korea Selatan APRO Financial Co. Ltd., menegaskan tidak akan ada pemangkasan karyawan terkait dengan proses merger antara PT Bank Andara dan PT Bank Dinar Tbk.
Logo Bank Andara./Bank Andara
Logo Bank Andara./Bank Andara

Bisnis.com, JAKARTA--Investor asal Korea Selatan APRO Financial Co. Ltd., menegaskan tidak akan ada pemangkasan karyawan terkait dengan proses merger antara PT Bank Andara dan PT Bank Dinar Tbk.


Sebagai informasi, APRO telah resmi memegang saham Bank Andara sebesar 40% melalui skema capital injection dan juga bakal mengakuisisi saham Bank Dinar sebesar 77,38%. Setelah proses ini selesai, Bank Andara akan melebur pada Bank Dinar dan membentuk entitas baru.


Saat ini, APRO disebutkan telah mengirimkan proposal akuisisi saham Bank Dinar ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan masih menunggu hasil RUPSLB Bank Dinar pada 6 Februari 2017. Diharapkan Bank Andara dapat melebur ke bank dengan kode emiten DNAR ini pada 2017.


Vice Chairman APRO Service Group Donald Hong Kim menegaskan tidak akan ada pemangkasan karyawan karena entitas baru ini ke depannya fokus untuk terus bertumbuh. 


"Kami akan ada rekruitmen karyawan baru sebagai tenaga ekspansi bisnis ke depan," ujarnya di Jakarta, Senin (16/1/2016).


Kim juga menyatakan pihaknya bakal memberikan suntikan modal yang dilakukan setelah kedua bank tersebut berhasil dimerger. Dia mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menambah modal senilai Rp500 miliar tiap tahun hingga mencapai modal inti di kisaran Rp3 triliun. 


Saat ini, modal inti Bank Andara berkisar Rp580 miliar dan Bank Dinar sekitar Rp431 miliar. Apabila keduanya digabungkan, maka nilai modal inti entitas baru pasca merger senilai Rp1,01 triliun atau masuk ke kategori bank umum kegiatan usaha (BUKU) II.  


Sementara itu, Direktur Utama Bank Andara Darwin Wibowo mengatakan terkait dengan proses merger ini, perseroan telah memberikan pilihan kepada para pegawainya untuk bertahan atau pensiun dini. Dari sekitar 140 pegawai yang dimiliki, Darwin menyebut sekitar 20 orang memilih untuk pensiun dini.


“Nah, di 2016 kami ada biaya untuk  biaya pensiun dini. Kami mengeluarkan Rp10 miliar untuk biaya akuisisi. Tahun ini sudah tidak lagi, sehingga laba kami pasti positif,” katanya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper