Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merpati Maintenance Facility Bidik Laba Bersih Rp25 Miliar

Perusahaan perawatan pesawat udara pelat merah, PT Merpati Maintenance Facility membidik laba bersih sebesar Rp25 miliar pada 2017, naik 400% dari realisasi tahun lalu sebesar Rp4,7 miliar.

Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan perawatan pesawat udara pelat merah, PT Merpati Maintenance Facility membidik laba bersih sebesar Rp25 miliar pada 2017, naik 400% dari realisasi tahun lalu sebesar Rp4,7 miliar.

Presiden Direktur PT Merpati Maintenance Facility (MMF) Suharto mengatakan kenaikan laba bersih MMF tahun ini bakal didorong dari adanya sinergi antara perseroan dengan BUMN lainnya, yakni PT Garuda Maintenance Facitiliy (GMF).

“Alhamdulillah, dengan arahan bu menteri [Menteri BUMN Rini Sooemarno], tahun lalu kami untung Rp4,7 miliar. Kami optimistis pekerjaan MRO [maintenance repair overhaul] tahun ini akan lebih banyak lagi,” katanya, Senin (06/03).

Sejak awal tahun ini, lanjut Suharto, MMF telah bergerak mencari konsumen, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Hasilnya cukup lumayan, sedikitnya nilai kontrak pekerjaan yang diperoleh MMF hingga awal Maret 2017 mencapai Rp34,5 miliar.

Apabila tidak ada aral melintang, dia menargetkan total nilai kontrak pekerjaan MRO yang diperoleh MMF tahun ini mencapai Rp100 miliar. Dari total nilai pekerjaan tersebut, MMF mengincar laba bersih sebesar Rp25 miliar.

“Sepanjang dua bulan ini cukup lumayan banyak yang dikerjakan karena kami selalu meeting seminggu dua kali. Kami juga mengarahkan marketing MMF ke market-market yang selama ini loss,” tuturnya.

Suharto optimistis bisnis MRO dalam negeri, khususnya perusahaan-perusahaan pelat merah bakal jauh lebih berkembang ke depannya. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, dapat menguasai pangsa pasar dalam negeri dan Asia Tenggara.

Meski demikian, menguasai pangsa pasar MRO itu tidak mudah. Hal itu dikarenakan adanya keterbatasan dari sisi kapasitas dan kapabilitas. Untuk diketahui, MMF memiliki spesialis di bidang perawatan pesawat baling-baling (propeller).

“Oleh karena itu, dengan sinergi BUMN, kita bisa mengerjakan MRO engine dan airframe, baik untuk pesawat baling-baling dan pesawat jet. Kami meyakini, sinergi ini juga dapat mencegah devisa lari ke luar negeri,” ujarnya.

Meski jumlah pekerjaan diprediksi lebih banyak tahun ini, Suharto menilai kapasitas hanggar saat ini sudah cukup, sehingga tidak memerlukan adanya peningkatan kapasitas dalam waktu dekat ini.

Apalagi, perusahaan yang berdiri pada 27 Januari 2016 ini juga lebih banyak menangani pesawat dari luar negeri ketimbang dalam negeri. Dengan kata lain, pekerjaan MRO perseroan lebih banyak dilakukan di luar negeri.

“Untuk sekarang apa adanya dulu. Market kita kan banyak ke luar, sehingga pekerjaannya dilakukan di luar negeri. Expert kita yang pergi ke luar negeri. Kalau dalam negeri, kami punya kapasitas sekitar enam line,” katanya.

Seperti diketahui, MMF dan GMF menyepakati kerjasama operasi perawatan pesawat udara sejak akhir tahun lalu. Melalui kerjasama tersebut, MMF dan GMF mengincar pangsa pasar lebih besar dari propeller, khususnya di Indonesia timur.

Nantinya, kerjasama operasi tersebut meliputi pekerjaan general aviation, seperti MRO untuk airframe, mesin dan komponen pesawat berjenis Cessna 172/152, Twin Otter, Casa 212, dan Cessna Caravan 208/206.

Dari kerjasama operasi yang berjangka waktu lima tahun ini, masing-masing manajemen GMF dan MMF akan memberikan kontribusi sesuai dengan kesepakatan, dan akan dikelola secara terpadu oleh kedua perseroan.

Untuk GMF, anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tersebut bakal menyumbang sejumlah peralatan dan perlengkapan, sistem dan infrastruktur IT guna menunjang kerjasama operasi tersebut.

Kemudian, GMF juga memberikan pelatihan yang bersertifikasi terhadap personil-personil yang terlibat dalam proyek kerjasama operasi tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga aspek Quality, Cost, Delivery, and Service.

Sementara itu, MMF akan menyediakan hanggar di Surabaya dan Biak, ruang kantor dan penyimpanan material, memfasilitasi sertifikat Approved Maintenance Organization (AMO) dari regulator, dan sejumlah tools & equipment.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper