Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EDUKASI DUIT: Kualitas Kebahagiaan Menurun di Usia 30-an?

Berita baru-baru ini menyebarkan bahwa dahulu, peneliti mengadakan penelitian dan menyimpulkan orang dewasa lebih bahagia dibandingkan anak-anak.
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis-swi
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis-swi

Berita baru-baru ini menyebarkan bahwa dahulu, peneliti mengadakan penelitian dan menyimpulkan orang dewasa lebih bahagia dibandingkan anak-anak.

Alasannya, orang dewasa memiliki kebebasan dan kesempatan untuk memenuhi rasa penasaran, seperti misalnya menyetir mobil, memakan semua permen di toko, dan tidur lebih malam untuk menonton televisi.

Namun, sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science menuliskan, terjadi penurunan kualitas kebahagiaan pada seseorang saat menginjak usia 30-an. Mengapa?

1. Kita semakin berpikir ego. Coba perhatikan mal-mal semakin ramai, padahal di Amerika serikat mal sudah ditinggalkan karena resesi.

Dulu USA adalah kiblat konsumerisme. Rata-Rata keluarga membeli mobil baru setiap 3 tahun Sedangkan di Eropa masyarakat masih konservatif. Hati-hati dalam berbelanja.

Kalau ada survey tingkat konsumerisme Indonesia mungkin masuk Top 10 dunia. Bahkan ada kisah pasangan menikah sekarang umur 35-an dan istrinya menuntut cerai. Ketika saya berkomunikasi lewat telepon sang suami masih pede dengan fokus "bagaimana bisa bangkit lagi?"

Mungkin dianggap hidup Bagaikan Super Mario Bros.

2. Oleh karena itu semakin banyak orang berpikir ego. Aku dapat apa? Bisnis pun semakin demanding bahkan bisnis franchise pun ada pasal jaminan minimum profit. Pada saat ekonomi bullish (menanjak) mungkin bisa menjamin profit, namun saat pasar bearrish (menurun) wah, sungguh tidak mungkin. Oleh karena itu semakin stress orang butuh release / peredaan. Jiwanya kosong.

3. Bagaimana mengatasi masalah menurunnya kualitas kebahagiaan pada seseorang saat menginjak usia 30-an?

Sesungguhnya habitat hidup kita itu tidak sendiri. Kita memiliki hak 25% dengan saham istri dan anak-anak. Oleh karena itu fokuskan hidup kita untuk kebahagiaan istri, dan anak-anak.

4. Baru kemudian kita kembangkan bahwa hidup juga adalah relationship hubungan interaksi dengan orang lain. Sehingga kitapun bisa mulai menata bisnis franchise yang bertekanan tinggi seperti ketel air mendidih, menjadikan bisnis yang terlindungi, ada barrier perdagangan. Sehingga kitapun tidak terlalu stress dan mulai menata hubungan dengan pihak terbatas. Sehingga hubungan bisnis pun menjadi sehat tidak menggantungkan dengan ribuan orang.

 

*Penulis:
Goenardjoadi Goenawan
Konsultan dan motivator tentang paradigma baru tentang uang. Penulis 10 buku manajemen, termasuk "Rahasia Kaya, Jangan Cintai Uang" dan "Relationship Ikatan Pemekaran Berkah" yang segera terbit. Email: goenardjoadi @ gmail.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper