Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Layani Generasi Milenial, Begini Strategi Perbankan

Perubahan teknologi adalah keniscayaan. Harus diakui, dewasa ini teknologi memang membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk yang berkaitan dengan aktivitas perbankan
Financial Technology (Fintech)/channelasia
Financial Technology (Fintech)/channelasia

Bisnis.com, JAKARTA - Perubahan teknologi adalah keniscayaan. Harus diakui, dewasa ini teknologi memang membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk yang berkaitan dengan aktivitas perbankan.

Secara khusus kalangan generasi milenial dan yang lebih muda, sudah tidak lagi menikmati bila harus datang ke kantor-kantor cabang bank hanya demi membuka akun tabungan baru dan sebagainya.

Oleh karena itu, industri perbankan mau tak mau dituntut untuk melakukan transformasi dan berinovasi. Pilihannya yakni memigrasi bisnisnya ataupun menggandeng startup financial technology.

Masing-masing entitas bank berpacu dalam ranah digitalisasi perbankan bila tidak mau tergilas zaman yang dinamis ini. Sekadar menyebut contoh saja, pada tahun lalu ada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang mengembangkan bisnis finctech dengan meluncurkan dua aplikasi anyar.

Kedua produk layanan keuangan berbasis digital tersebut yakni BTPN Wow dan Jenius yang dimaksudkan untuk memudahkan perusahaan menjangkau segmen konsumen, khususnya yang akrab dengan teknologi.

Memang, untuk bisa melayani nasabah penyedia jasa keuangan harus mengerti keinginan pengguna jasanya yang semakin menuntut kemudahan-kemudahan dalam bertransaksi. BTPN pun tak segan-segan mengorek modal Rp500 miliar untuk mengembangkan fintechnya.

Tak mau ketinggalan, PT Bank Bukopin Tbk juga berambisi untuk bertransformasi menjadi salah satu pemain dalam industri fintech di Tanah Air. Bank berumur 47 tahun tersebut bergiat mendukung pengembangan startup.

Bahkan bank berkode BBKP ini mengalokasikan modal berkisar Rp300 miliar - Rp400 miliar untuk pengembangan information technology untuk menuju transformasi tersebut.

Adhi Brahmantya selaku Direktur Pengembangan Bisnis dan Teknologi Informasi Bank Bukopin mengatakan keputusan Bukopin untuk mengembangkan fintech didasari kesadaran bahwa perkembangan fintech yang semakin menjamur dan bahkan sering dianggap sebagai musuh bagi dunia perbankan konvensional.

“Awalnya fintech dianggap sebagai lawan industri perbankan konvensional, tetapi menurut kami, ini bukan lagi lawan justru perbankan konvensional harus berkolaborasi dengan fintech untuk memberikan solusi inovatif,” katanya dalam peluncuran BNVLabs, pekan lalu.

BNVLabs adalah wadah inkubasi bisnis yang dikembangkan Bukopin bersama perusahaan konsultan PILAR untuk mendorong berkembangnya eksostem fintech di Tanah Air.

Bank Bukopin juga tengah bersiap untuk meluncurkan produk fintech anyarnya dalam pertengahan tahun ini. Adhi memang masih enggan menjelaskan fitur-fitur yang bakal ditanamkan dalam aplikasi tersebut.

Kendati demikian, menurutnya, produk tersebut akan menawarkan solusi atas masalah dan kebutuhan konsumen, seperti layanan keuangan yang lebih personal, mudah digunakan atau user friendly.

Dia juga menyebut produk tersebut mempertimbangkan dukungan internet yang masih belum terlalu baik di sejumlah daerah sehingga perlu aplikasi keuangan digital yang proses aktivasinya lebih mudah dan ringan.

Nilai unik lainnya yakni dari segi kemudahan membuka rekening tambahan baru. Prosesnya dipangkas dan didesain sedemikian rupa sehingga menjadi lebih ringkas namun tetap aman dan nyaman tanpa perlu registrasi ke bank.

“Bukopin sangat serius untuk mengembangkan branchless banking dan mendorong fintech ini. Yang jelas kami akan membuat produk yang lebih bagus dari produk yang sudah ada di pasar,” katanya pada kesempatan terpisah.

BUKAN PILIHAN

Bukopin dan BTPN bukanlah satu-satunya bank yang ingin meluncurkan produk yang sama. Rata-rata pelaku industri ini berlomba meluncurkan aplikasi digital banking yang memudahkan nasabah untuk memiliki rekening dan melakukan transaksi keuangan lewat smartphone mereka.

Senior Executive Vice President BCA, Hermawan Thendean berpandangan digital banking sudah bukan lagi sebuah pilihan tetapi sudah menjadi kewajiban bagi bank jika tidak mau ditinggalkan nasabahnya.

Dia bilang konsumen, dalam hal ini nasabah, sudah terbiasa untuk melakukan aktivitas mereka sehari- hari melalui digital, mulai dari bersosialisasi, belanja, pesan makanan, pesan taksi, beli tiket sampai reservasi hotel.

Kebiasaan tersebut membuat mereka menjadi nyaman dan menuntut bank juga memberikan layanan perbankan secara digital sehingga mereka bisa melakukan transkasi perbankan setiap saat dan di mana saja.

"Jika bank tidak memenuhi tuntutan mereka maka akan ditinggal nasabahnya. Yang menjadi tantangan buat bank adalah bagaimana bisa memberikan layanan digital untuk meningkatkan usaha dengan biaya yang murah. Untuk bisa melakukan itu bank perlu inovatif dan kreatif," katanya.

Hermawan menambahkan bank memberikan layanan digital didorong beberapa alasan, mulai dari mendapatkan segmen nasabah baru, mempertahankan nasabah yang ada atau untuk mengembangkan business model baru.

Dengan layanan digital, nasabah memang bisa langsung merasakan layanan digital tetapi hal ini belum tentu memberikan keuntungan secara finansial secara langsung bagi perusahaan. Namun, setidaknya perbankan masih bisa mengharapkan kontribusi terhadap penghimpunan dana lewat digital banking.

"Sangat sulit bagi bank terus membebankan biaya admin apalagi nasabah milenial sangat price sensitif, mereka maunya tersedia melalui digital, tetapi free. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan secara finansial melalui layanan digital, bank harus bisa mencari dari sisi lain selain biaya administrasi contohnya melalui cross sell product lain yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.”

BCA sendiri sebagai salah satu bank swasta nasional terbesar tidak akan berhenti berinovasi untuk memenuhi tuntutan nasabah.

"Tahun ini kami akan tetap fokus pada produk atau fitur layanan digital via electronic channel kami yang sudah tersedia saat ini."

Di era digital ini, bank harus bertransformasi apabila masih ingin dilirik oleh generasi muda. Memang membutuhkan modal yang tidak sedikit untuk menggelar karpet merah bagi generasi milenial. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper