Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BOJ Pertahankan Kebijakan Moneter

Bank Sentral Jepang (BOJ) memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneternya dalam pertemuan Dewa
Bank of Japan/REUTERS
Bank of Japan/REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Sentral Jepang (BOJ) memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneternya dalam pertemuan Dewan Gubernur BOJ pada Kamis (27/4/2017).

Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan, Jepang tidak sedang dalam posisi untuk menarik diri dari pelonggaran moneter melalui penerbitan stimulus masifnya. Hal tersebut dilakukan lantaran mulai membaiknya perekonomian domestik akibat naiknya permintaan luar negeri, yang diprediksi akan bertahan dalam waktu yang lama.

“Perekonoian jepang telah berbalik menuju ekspansi moderat, kami [BOJ] tiak sedang dalam proses menarik diri dari pelonggaran moneter,” tulis BOJ dalam keterangan resminya, sepertidikutip dariReuters, Kamis (27/4/2017).

BOJ dalam hal ini mempertahankan suku bunga -0,1% yang dikenakan kepada dana-dana yang sengaja diparkir oleh lembaga keuangan di Jepang. Otoritas moneter Jepang Ini juga mempertahankan target imbal hasil obligasi bertenor 10 tahunnya pada kisaran 0%.

Sementara itu, BOJ memangkas perkiraan inflasi intinya untuk tahun fiskal yang berakhri pada Maret 2018 menjadi 1,4% dari prediksi awal sebesar 1,5%. Adapun untuk tahun fiskal berikutinya komponen tersebut diperkirakan akan naik menjadi 1,7% dan 1,9% untuk tahun fiskal 2019.

Di sisi lain, untuk target inflasi, BOJ masih mempertahankannya pada level 2% untuk tahun fiskal 2018. Kebijakan tingkat stimulus moneter tersebut salah satunya diharapkan akan mendongkrak laju inflasi mendekati target yang ditentukan BOJ tersebut.

Seperti diketahui, perekonomian Jepang telah menunjukkan tanda-tanda kebangkitannya setelah mendapat dorongan dari ekspor. Tingkat ekspor pada Maret berhasil mencatat kenaikan pada laju tercepat selama lebih dari dua tahun terakhir.

Pemerintah Jepang mengumumkan, ekspor bulan lalu naik 12,0% secara year on year (yoy)Meningkatnya permintaan luar negeri pada produk suku cadang mobildan baja menjadi pendorong terkuat kenaikan ekspor tersebut.

Peningkatan ekspor bulan lalu tersebut, diimbangi pula oleh melonjaknya impor Jepang pada periode yang sama. Impor tercatat naik 15,8% secara yoy.  Kenaikan itu menjadi yang terbesar sejak Maret 2014, karena harga minyak yang lebih tinggi sehingga mendorong nilai impor energi. 

Neraca perdagangan secara keseluruhan mencatatkan surplus 614,7 miliar yen. Jumlah itu lebih tinggi dari prediksi para ekonom yang menyebutkan surplus perdagangan akan mencapai 575,8 miliar yen.

Namun, inflasi inti  pada Februari tercatat hanya naik 0,2%  secara yoy, karena konsumsi swasta yang lemah telah membuat perusahaan enggan menaikkan harga produknya .

Keputusan BOJ ini sesuai dengan prediksi para analis. Sebelumnya ekonom JPMorgan Hiroshi Ugai menyebutkan, BOJ melihat bahwa laju inflasi masih akan melaju di bawah target 2%, kendati sejumlah data ekonomi seperti ekspor dan impor menunjukkan perbaikan selama beberapa bulan terakhir.

“Kami memperkirkaan BOJ masih akan mempertahankan target imbal hasil obligasi bertenor 10 tahunnya di kisaran 0% dan pembelian Exchange Traded Fund (ETF) sebesar 6 triliun yen per tahun,” ujar Ugai.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper