Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Jatim Minta BPR/S Siapkan Strategi Hadapi Tantangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta BPR untuk memantau dan menyiapkan berbagai strategi bisnis mengingat banyaknya tantangan industri perbankan ke depan.
Kasir Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menghitung uang rupiah. /Bisnis.com
Kasir Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menghitung uang rupiah. /Bisnis.com

Bisnis.com, SURABAYA -  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 4 Jawa Timur meminta Bank Perkreditan Rakyat (BPR)/BPR Syariah untuk memantau dan menyiapkan berbagai strategi bisnis mengingat banyaknya tantangan industri perbankan ke depan.

Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Sukamto mengatakan meski sektor keuangan di Jatim mencatatkan kinerja yang positif yang ercermin dari peningkatan volume usaha perbankan sebesar 9,51% (yoy), tetapi bank harus waspada terutama BPR/S yang masih menghadapi beberapa tantangan.

"Tantangan pertama yang dihadapi BPR/S sekarang ini adalah semakin meningkatnya kredit bermasalah yang tercermin dari rasio NPL/NPF dari BPR/S yang mencapai sebesar 7,26% dan 9,24%," katanya dalam siaran pers, Jumat (19/5/2017).

Dia mengatakan sehubungan dengan tantangan tersebut pengurus BPR/S diharapkan senantiasa memantau secara ketat perkembangan kualitas kredit/pembiayaan yang disalurkan dan khusus untuk BPR/S yang rasio NPL/F nya telah lebih dari 5%.

Selain NPF, lanjut Sukamto, BPR/S juga masih menghadapi masalah permodalan perbankan, di mana bank diminta untuk memperkuat permodalan sehingga dapat menjadi buffer dalam memitigasi risiko yang akan mungkin terjadi.

Sehubungan dengan hal tersebut, OJK selaku regulator telah mengeluarkan regulasi terkait aspek permodalan BPR yaitu POJK No. 5/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum BPR.

Seluruh BPR/S didorong untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum sebesar Rp6 miliar dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, hal ini bertujuan untuk menurunkan risk buffer industri BPR di Jawa Timur.

"Tantangan lain adalah likuiditas BPR/S di Jatim yang cukup terbatas, tercermin dari share Dana Pihak Ketiga (DPK) hanya sebesar 1,8% dari total DPK perbankan di Jatim dan dana mahal masih cukup dominan tercermin dari dana deposito sebesar 67,20% dari total DPK," jelas Sukamto.

Dia menambahkan untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut industri BPR dituntut untuk lebih adaptif dan kreatif dalam menyusun berbagai strategi bisnis, baik strategi dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat maupun strategi dalam menjalankan kegiatan operasional bank seefektif dan seefisien mungkin.

"Dengan begitu diharapkan bisa menghasilkan berbagai nilai tambah (yang dapat menarik minat nasabah untuk berbisnis dengan bank," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper