Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Diprediksi Tumbuh 6,8% Pada Kuartal II/2017

Pusat Informasi Negara (State Information Center) China memprediksi produk domestik bruto (PDB) China bakal tumbuh 6,8% pada kuartal II/2017 atau melambat dari kuartal sebelumnya yang mencapai 6,9%.
Yuan/Bloomberg
Yuan/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA—Pusat Informasi Negara (State Information Center) China memprediksi produk domestik bruto (PDB) China bakal tumbuh 6,8% pada kuartal II/2017 atau melambat dari kuartal sebelumnya yang mencapai 6,9%.

Proyeksi tersebut diterbitkan dalam sebuah artikel di China Securities Journal pada Sabtu (21/5/2017). Adapun Pusat Informasi Negara adalah sebuah lembaga think-thank milik pemerintah China yang berafiliasi dengan Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional, yang merupakan badan perencanaan ekonomi negara tersebut.

“Secara keseluruhan, perekonomian China akan tetap stabil namun dengan tren yang sedikit melambat,” tulis lembaga tersebut,seperti dikutip dari Reuters Minggu (21/5/2017).

Selain itu, lembaga tersebut juga memprediksi indeks harga konsumen China akan tumbuh 1,4% dan indeks harga produsen melaju sebesar 6,5% secara year on year (yoy) pada April-Juni 2017.

Para peneliti di lembaga tersebut menyebutkan, pelambatan ekonomi itu terjadi akibat adanya kontradiksi pada kebijakan fiskal dan moneter Beijing dengan iklim usaha di China. Seperti diketahui Bank Senetral China (PBOC) dan Pemerintah ingin terus memangkas stimulusnya guna mengurangi risiko keuangan seperti ledakan utang.

Selain itu, Pusat Informasi Negara China juga melihat, pertumbuhan ekonomi nasional akan sedikit terhambat karena proses pemangkasan kelebihan kapasitas produksi industri. Namun demikian, sepanjang tahun ini PDB Negeri Panda diprediksi tidak akan tumbuh lebih endah dari target yang ditentukan pemerintah yakni 6,5%.

Adapun, prediksi lembaga tersebut serupa dengan survei yang dilakukan oleh Reuters kepada sejumlah ekonom pekan lalu. Dalam survei yang diumumkan pada 16 Mei 2017 itu, PDB China diprediksi akan melambat selama sisa tahun ini.

Para ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun ini tidak akan jauh dari target yang ditentukan Beijing yakni 6,5%. Sementara itu pada 2018, laju PDB berpeluang kembali melambat di bawah target yang ditentukan pada tahun ini.

“Melihat betapa seriusnya pemerintah China yang sangat membatasi munculnya risiko keuangan dengan menarik sejumlah stimulus, bukan tak mungkin jika PDB pada tahun depan akan lebih rendah dari 6,5%,” kata Louis Kuijs, ekonom Oxford Economics di Hong Kong.

Seperti diketahui, Pemerintah China saat ini tengah memeperketat pertumbuhan laju pinjaman, demi mengantisipasi gelembung utang domestik. Pasalnya rasio utang terhadap PDB Negeri Panda saat ini hampir menembus 300%.

Salah satu dampak pengetatan stimulus telah tampak pada bulan lalu, di mana pertumbuhan belanja fiskal turun menjadi 3,8% dari 21% pada kuartal I/2017.

Bank Sentral China (PBOC) juga masih memiliki ruang untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneternya apabila pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini justru tidak menunjukkan pelambatan. Saat ini tercatat, PBOC telah memperketat likuiditas jangka pendeknya, sambil berusaha mempertahankan pendanaan jangka menengahnya untuk mendukung arus investasi.

Di sisi lain, Beijing juga berpeluang berada dalam tekanan baru apabila membiarkan yuan terdepresiasi kembali untuk mendukung pertumbuhan ekspor. Pasalnya, kebijakan itu justru akan mengulangi fenomena pelarian modal besar-besaran yang sempat terjadi pada 2016 lalu, yang membuat cadangan devisa nasional berada di bawah US$3 triliun pada awal tahun ini.

Selain itu, kebijakan depresiasi yuan juga akan mengundang kritik dari dunia internasional, terutama AS yang saat ini berada di bawah kendali Donald Trump. Kebijakan tersebut juga berpeluang menimbulkan aktivitas perang dagang yang selama ini ditakutkan oleh pasar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper