Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERTUMBUHAN EKONOMI: Kontribusi Ekspor Diprediksi Melambat

Kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua diperkirakan melambat seiring dengan melemahnya harga komoditas. Selain itu, sumbangan ekspor ini akan digantikan oleh menguatnya konsumsi rumah tangga, investasi swasta dan belanja pemerintah.
Prajurit Angkatan Laut Filipina berada di atas Kapal Perang Strategic Sealift Vessel pesanan The Department Of National Defense Armed Forces Of Philippines saat pelepasan kapal itu di Dermaga Divisi Kapal Niaga PT PAL Indonesia, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (2/5)./Antara-Zabur Karuru
Prajurit Angkatan Laut Filipina berada di atas Kapal Perang Strategic Sealift Vessel pesanan The Department Of National Defense Armed Forces Of Philippines saat pelepasan kapal itu di Dermaga Divisi Kapal Niaga PT PAL Indonesia, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (2/5)./Antara-Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA-Kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua diperkirakan melambat seiring dengan melemahnya harga komoditas. Selain itu, sumbangan ekspor ini akan digantikan oleh menguatnya konsumsi rumah tangga, investasi swasta dan belanja pemerintah.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra mengatakan faktor cyclical atau pertumbuhan ekspor akan melambat, tetapi angkanya masih akan lebih bagus dari tahun lalu.

"Kami lihat harga komoditas agak soft lagi mulai melandai. China juga kuartal pertama sebesar 6,9%, kemudian PMI-nya mulai agak soft lagi. Mungkin ekspor melambat," ujarnya, Rabu (1/6).

Kendati laju pertumbuhan ekspor tertahan, dia melihat konsumsi rumah tangga akan membaik karena kenaikan tarif listrik 900 VA telah selesai, ditambah dengan momentum Lebaran.

Sekalipun akan ada penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM), dia menuturkan penyesuainyan tidak akan terlalu besar.

"BBM kalau naik tidak banyak karena harga minyak sekarang turun lagi. Proyeksi kita gap-nya sekitar 8-10%." Dengan demikian, pengaruhnya tidak akan besar terhadap inflasi. Selain itu, efek volatile food diperkirakan akan relatif stabil memasuki semester dua karena curah hujan rendah. Sementara itu, investasi swasta cukup bagus mengingat adanya peningkatan pertumbuhan kredit korporasi.

Dia melihat belanja pemerintah juga akan tumbuh lebih besar karena penerimaan pajak pada April lalu. "Dilihat tax collection akan lebih bagus. Kalau bisa tumbuh double digit saja, sudah bagus untuk Indonesia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Lutfi Zaenudin
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper