Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PT Dahana Keluhkan Harga Bahan Baku Peledak Domestik yang Tak Kompetitif

Pabrikan peledak PT Dahana (Persero) terkendala untuk menyerap bahan baku domestik. Pabrikan ammonium nitrate lokal mematok harga yang jauh lebih tinggi ketimbang harga di pasar internasional.
Kampus Dahana, nama lain untuk kantor manajemen pusat PT Dahana/Dahana.com
Kampus Dahana, nama lain untuk kantor manajemen pusat PT Dahana/Dahana.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pabrikan peledak pelat merah, PT Dahana (Persero) terkendala untuk menyerap bahan baku domestik. Pabrikan ammonium nitrate lokal mematok harga yang jauh lebih tinggi ketimbang harga di pasar internasional.

“Pembelian lokal sebegitu mahal, selisihnya sampai US$110 per ton. Harga yang mereka patok ya jadinya ga mungkin masuk di kami,” ujar Direktur Utama PT Dahana (Persero) Budi Antono saat berbincang dengan Bisnis pada Senin (5/6/2017).

Budi menyatakan memang betul pasokan bahan baku peledak domestik tengah mengalami oversupply. Hanya saja, penguasaan pasar domestik yang hanya dikuasai tiga pabrikan lokal memungkinkan praktek monopoli dan membuat pembentukan harga semakin tidak kompetitif. “Okelah kalau kualitasnya bagus dan pasokannya banyak, tapi harganya jelas memang tak bersaing.”

Biaya tambahan yang mesti dikeluarkan BUMN tersebut bila mensubstitusi ammonium nitrate impor dengan produk lokal mencapai US$6 juta setiap tahun.

Menurutnya, harga ammonium nitrate rata rata di pasar internasional senilai US$ 400 per ton.  Selama ini PT Dahana memenuhi kebutuhan bahan baku peledak dari pabrikan China dan Korea Selatan. “Ya tentu acuan kami ketika teken kontrak pembelian adalah mana harga yang paling kompetitif.”

Pembentukan harga umumnya memperhitungkan biaya komponen biaya bahan baku, biaya processing, biaya logistik, dan biaya penyusutan. Pabrikan di China dan Korea Selatan diuntungkan dengan absennya investasi baru di sektor industri produsen peledak hulu. “Jadinya impor dari mereka itu bebas beban biaya penyusutan.”

Sementara itu, mayoritas pangsa pasar bahan baku peledak domestik dikuasai satu perusahaan penanaman modal asing yakni PT Kaltim Nitrate Indonesia. Perusahaan itu baru beroperasi sejak 2012 dengan investasi senilai US$540 juta. Pabrikan itu menguasai lebih dari 50% pasar ammonium nitrate domestik. Sementara sisanya merupakan PT Black Bear Resources Indonesia dan PT Multi Nitrotama Kimia.

Menurut Budi, penguasaan pasar KNI tentu memengaruhi penetapan harga ammonium nitrate di pasar domestik. Produsen bahan peledak hilir, ujar dia, sudah tentu memilih biaya produksi terendah. “Ya kalau sengaja set marketprice dengan harga tinggi buat apa dorong dorong kita yang beli. Saya juga orang tambang, saya tau harga itu ga masuk akal.”

Penyerapan bahan baku domestik, ujar dia, berimbas pada kenaikan harga peledak di konsumen akhir, yaitu sektor pertambangan. “Komponen biaya penyusutan mereka tinggi sekali malah bisa US$100 per ton, karena pabrikan baru ya pasti incar biaya penyusutannya yang tinggi. Biar cepat break even.”

Permintaan domestik terhadap ammonium nitrate tahun lalu mencapai 370.000 ton. Sebanyak 90.000 ton di antaranya terpenuhi dari pasokan impor. Sementara kapasitas produksi nasional ammonium nitrate mencapai 510.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper