Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Perseteruan Diplomatik, S&P Pangkas Peringkat Utang Qatar

Standard & Poor's (S&P) menurunkan peringkat utang Qatar setelah nilai tukar mata uang riyal jatuh ke level terendah dalam 11 tahun
Bangunan-bangunan tampak dari garis pantai Doha, Qatar./Reuters
Bangunan-bangunan tampak dari garis pantai Doha, Qatar./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA Standard & Poor's (S&P) menurunkan peringkat utang Qatar setelah nilai tukar mata uang riyal jatuh ke level terendah dalam 11 tahun, di tengah tanda-tanda bahwa dana investasi portofolio mengalir keluar dari negara tersebut akibat perseteruan diplomatik Qatar dengan negara-negara Arab lainnya.

S&P memangkas peringkat utang Qatar sebesar satu tingkat ke AA- dari AA serta menempatkan peringkat Qatar pada status CreditWatch dengan implikasi negatif, yang berarti ada kemungkinan besar terjadi penurunan peringkat lebih lanjut.

Lembaga pemeringkat internasional tersebut memaparkan bahwa ekonomi Qatar dapat mengalami kerugian akibat keputusan sejumlah negara Arab yang dipimpin Arab Saudi untuk memutuskan hubungan diplomatik dan akses dengan Qatar.

Negara beribukota Doha tersebut dituding telah mendukung bentuk terorisme dan ekstremisme, suatu hal yang telah dibantah oleh negara Teluk ini.

“Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat, tidak hanya melalui berkurangnya perdagangan regional, namun karena rusaknya profitabilitas perusahaan akibat permintaan regional terputus, investasi terhambat, dan keyakinan investasi menyusut,” jelas S&P, dikutip Reuters, Kamis (8/6/2017).

Lembaga pemeringkat lainnya, Moody's Investors Service, menilai peringkat utang Qatar di level Aa3, yang setara dengan peringkat baru S&P. Adapun, Fitch Ratings menempatkan peringkat utang Qatar di level AA.

Sementara itu, indeks saham Qatar .QSI telah anjlok 9,7% selama tiga hari terakhir, dengan volume perdagangan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sejumlah investor di kawasan Teluk dan investor internasional keluar dari pasar dan mengalirkan uang mereka kembali ke asalnya.

Sebelum krisis yang telah berlangsung sepanjang pekan ini, investor Teluk dan internasional hanya menguasai sekitar 9% dari pasar saham Qatar, yang memiliki kapitalisasi sekitar US$150 miliar.

Bahkan jika semua dana asing itu mengalir keluar, mungkin tidak cukup untuk memberikan tekanan yang luar biasa pada riyal untuk terdepresiasi.

Meski demikian, Qatar masih menjadi salah satu negara terkaya per kapita di dunia, dengan aset diperkirakan mencapai senilai US$335 miliar dalam bentuk sovereign wealth fund (SWF). Ekspor gas alam cairnya menghasilkan surplus perdagangan senilai sekitar US$2,7 miliar setiap bulannya.

Seorang pejabat bank sentral Qatar mengatakan kepada Reuters bahwa negara tersebut memiliki cadangan devisa yang besar, yang dapat digunakan untuk mendukung mata uangnya jika diperlukan.

Namun, seperti yang dicatat oleh S&P, sistem perbankan Qatar dalam beberapa tahun terakhir menjadi lebih bergantung pada pinjaman dan simpanan dari bank-bank di Teluk dan internasional. Sistem juga dapat menghadapi arus dana keluar yang besar akibat ketegangan diplomatik.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper