Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank BTN Obral Bunga KPR 6,21%

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menawarkan promo tingkat bunga 6,21% selama periode Ramadan hingga periode 31 Juli mendatang, guna mengoptimalkan penyaluran kredit pemilikan rumah pada kuartal II.
Layanan nasabah di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan
Layanan nasabah di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menawarkan promo tingkat bunga 6,21% selama periode Ramadan hingga periode 31 Juli mendatang, guna mengoptimalkan penyaluran kredit pemilikan rumah pada kuartal II.

Direktur Consumer Banking  Bank BTN, Handayani menyatakan realisasi penyaluran KPR pada kuartal II masih bertumbuh, kendati belum memenuhi ekspektasi perseroan.

"Kredit kita masih tumbuh, meski memang tidak sesuai dengan target yang kami harapkan untuk sampai dengan Mei. Tetapi kami coba kejar terus mudah-mudahan akan tumbuh di Juni karena ini banyak kebutuhan semoga bisa," katanya di Jakarta, Senin (12/6/2017).

Lebih lanjut, dia mengatakan tingkat bunga tersebut berlaku di sejumlah proyek perumahan di berbagai daerah. Untuk promo ini, BTN bekerja sama dengan lebih dari 31 pengembang.

Di luar promo bunga 6,21% yang berlaku sampai akhir Juli, sejak kuartal akhir 2016, BTN juga memberikan tawaran bunga KPR sebesar 8% berlaku tetap selama tiga tahun dan bunga 9% selama lima tahun untuk merangsang pasar KPR.

Kendati enggan menyebutkan secara rinci, dia menuturkan pertumbuhan kredit pada kuartal II lebih melambat lantaran permintaan belum tumbuh dengan baik. Selain itu, konsumen masih cenderung menahan untuk berinvestasi atau mengajukan kredit sebagai imbas dari kondisi politik beberapa bulan belakangan.

Handayani berharap Bank Sentral dan Otoritas Jasa Keuangan sama-sama bergerak dengan perbankan untuk memberikan stimulus yang menumbuhkan permintaan pasar.

"Khusus untuk KPR yang di bawah Rp500 juta, terutama yang subsidi, demand-nya tinggi tetapi suplai belum mencukupi karena kuartal I kemarin banyak hujan dan banjir. Selain itu, ada faktor kebutuhan listrik sebab di ketentuan sekarang ini, listrik dan infrastruktur lainnya harus sudah ready baru boleh akad. Jadi semuanya sedikit melambat karena persiapan untuk suplainya kurang," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper