Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deposito & SBN Masih Jadi Andalan Asuransi Umum

Jenis instrumen pasar uang, yakni deposito dan surat berharga negara, masih menjadi pilihan utama dalam portofolio investasi asuransi umum kendati imbal hasilnya relatif stagnan.
Ilustrasi deposito/JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi deposito/JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Jenis instrumen pasar uang, yakni deposito dan surat berharga negara, masih menjadi pilihan utama dalam portofolio investasi asuransi umum meskipun imbal hasilnya relatif stagnan.

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dadang Sukresna menilai hingga saat ini surat berharga negara (SBN) masih kebutuhan utama pelaku asuransi untuk memenuhi kewajiban regulator.

Hal itu diatur dalam Peraturaan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/2016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.

Apalagi, jelasnya, saat ini Indonesia telah memperoleh predikat layak investasi dari Standar and Poor’s (S&P). “SBN lagi bagus dan saya rasa SBN itu lah yang paling cocok,” ungkapnya kepada Bisnis.

Di samping itu, Dadang mengakui hingga saat ini deposito memang masih dominan dalam portofolio investasi asuransi umum yang memang likuiditasnya terbilang tinggi.

Obligasi korporasi pun dinilai potensial bagi pelaku industri. Terlebih lagi, POJK No. 1/2016 telah disesuaikan dengan POJK No. 36/2016 yang memberikan opsi yang lebih luas kepada pelaku industri keuangan non bank melalui pemilikan obligasi atau sukuk bagi pembiayaan infrastruktur yang diterbitkan BUMN dan BUMD dalam persentase tertentu.

Terkait dengan kewajiban itu, dia mengatakan sejumlah BUMN, terkhusus di sektor infrastruktur, pun telah melakukan audiensi kepada pelaku asuransi guna merealisasikan pembelian obligasi dari perusahaan tersebut.

Sementara itu, kepercayaan pelaku industri asuransi umum terhadap instrumen deposito pun dinilai semakin besar seiring meningkatnya kinerja perbankan nasional.

Vice President PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia Nicolaus Prawiro menilai hingga saat ini produk investasi dari perbankan itu masih menjadi pilihan utama bagi pelaku industri asuransi umum.

Tidak hanya untuk memenuhi likuiditas industri dengan karakteristik kewajiban atau liabilitas jangka pendek, deposito perbankan, khususnya dari perbankan lokal, diyakini masih menjadi instrumen yang aman. “Saya percaya dengan bank lokal. Sudah banyak berubah sejak awal dekade 2000-an.”

Nicolaus menilai hingga saat ini rerata imbal hasil yang ditawarkan deposito perbankan berada di kisaran 5%-6%. Kisaran itu dinilai sudah memenuhi ekspektasi pelaku industri yang memiliki kebutuhan dana cepat untuk membayar klaim asuransi.

Data Otoritas Jasa Keuangan tentang statistik asuransi per April 2017 menunjukkan total nilai investasi asuransi umum mencapai Rp62,05 triliun atau bertumbuh 6,03% (year-on-year/yoy).

Dari jumlah itu, sekitar 38,36% atau mencapai Rp23,80 triliun ditempatkan pada deposito berjangka dan sertifikat deposito. Nilai penempatan asuransi umum pada instrumen tersebut pun sebenarnya menurun 4,37% (yoy).

Pada Desember 2016, OJK mencatat alokasi investasi asuransi umum pada deposito berjangka dan sertifikat deposito mencapai Rp23,41 triliun. Realisasi itu berkontribusi sekitar 38,67% dari nilai total investasi industri yang tercatat Rp60,55 triliun.

Sementara itu, porsi investasi asuransi umum pada SBN semakin signifikan. Pada April 2017, porsinya telah meningkat hingga 12,93% atau bertumbuh 89,66% (yoy) menjadi Rp8,02 triliun. Pada April 2016, nilainya baru Rp4,23 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper