Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang Juli Diperkirakan Melonjak

Bank Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Juni akan mencapai surplus hingg US$1,4 miliar, ditopang oleh perdagangan nonmigas.

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Juni akan mencapai surplus hingg US$1,4 miliar, ditopang oleh perdagangan nonmigas.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan peningkatan surplus neraca perdagangan pada Juni cukup tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar US$470 juta.

"Capai US$1,4 miliar karena surplus neraca perdagangan nonmigas itu US$1,9 miliar, karena defisit [neraca perdagangan] US$500 - US$600 juta di migas," kata Perry, Jumat (14/07).

Menurut Perry, daya dorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2017 masih disumbang dari komoditas sumber daya andalan Indonesia seperti batu bara, kelapa sawit, nikel, kopi, dan karet.

"Tetapi kami lihatproduk kimia, alas kaki, kertas, mesin, dan alat elektronik juga alami, ini juga daya dukung ekonomi kita dari sektor eksternal," tambah Perry.

Pada Mei lalu, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$470 juta year on year (yoy) atau naik 24,08%

dibanding US$360 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Jika data Mei dibandingkan dengan April 2017, surplus neraca perdagangan tercatat naik 7,62%. Adapun, ekspor Mei mencapai US$ 14,29 miliar dan impor sebesar US$ 13,82 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Januari - Mei 2017 mengalami surplus US$5,9 miliar.

Gundy Cahyadi, Ekonom DBS Group Research, memperkirakan surplus neraca perdagangan akan mencapai US$1 miliar pada Juni ini.

"Angka perdagangan terdistorsi dengan adanya liburan. Namun, ini akan sangat menarik melihat bagaimana pertumbuhan impor bergerak saat ini dan beberapa bulan mendatang," kata Gundy dalam catatan risetnya, Jumat (14/07).

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai ekspor Indonesia memang diproyeksi membaik.

tambahan:

Tren surplus perdagangan Indonesia, kata Bhima, akan berlanjut hingga akhr 2017. Meskipun, perkiraan harga minyak masih fluktuatif.

"Ini menjadi pendorong utama surplus di nonmigas," katanya. Kondisi ini dibareng dengan perbaikan ekonomi di negara mitra dagang utama di mana sektor manufaktur China mulai naik hingga 6,5% dan Jepang sebesar 6.8%.

Namun, perbaikan ini bukan merupakan kondisi musiman dari pasar global. China mencatatkan surplus neraca perdagangan yang melebar setelah ekspor tumbuh 11,3% menjadi US$196,6 miliar. Kecenderungan pemulihan ekspor China terlihat dari kenaikan impornya yang juga meningkat 17,2% menjadi US$153,8 miliar.

"Pemulihan ekspor China meningkat. Oleh karena itu, China butuh impor bahan baku industri," ujarnya.

Ke depannya, dia mengingatkan hal yang perlu dicermati dari neraca dagang RI adalah ekspor dari sisi migas. "Tren harga minyak mentah dunia yang turun sejak pertengahan April hingga Juli diprediksi mempengaruhi ekspor migas," kata Bhima.

Dia juga melihat adanya potensi turunnya impor pada bulan Juni dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan tersebut diperkirakan terjadi karena permintaan domestik saat musiman hari raya tidak terlalu tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper