Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Tips Tembus Pasar China

Kendati pasar China sangat potensial, ekspor dari Indonesia masih defisit. Untuk dapat memasarkan produknya ke China, setidaknya ada tiga tips yang perlu diperhatikan seperti disampaikan Pan Yue dari Kedubes Besar China di Jakarta.
Ekonomi China./.Reuters
Ekonomi China./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati pasar China sangat potensial, ekspor dari Indonesia masih defisit. Untuk dapat memasarkan produknya ke China, setidaknya ada tiga tips yang perlu diperhatikan seperti disampaikan Pan Yue dari Kedubes Besar China di Jakarta.

Pertama, pengusaha Indonesia harus dapat memahami selera pasar terlebih dahulu. Kedua, agar lebih efisien dan efektif, platform online merupakan pilihan yang sangat perlu dipertimbangkan seperti melalui Tmall Global Alibaba.

"Dengan cara ini, pelaku usaha tidak perlu bermitra terlebih dahulu dengan importir dari China," demikian dikutip Bisnis dari situs resmi Kemenlu, Jumat (21/7/2017).

Ketiga, pelaku usaha perlu melakukan promosi mengingat ketatnya persaingan bisnis di Tiongkok.

Hal ini disampaikan Pan Yue dalam acara Market Brief: Tips Sukses Tembus Pasar Tiongkok di Jakarta Convention Center (JCC) Kamis yang paralel dengan APKASI Otonomi Expo 2017 selama 19-21 Juli 2017. 

Kegiatan yang diikuti peserta dari Pemda, Asosiasi, dan UKM di seluruh Indonesia tersebut diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal RI di Guangzhou bekerja sama dengan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI).

Konsul Jenderal RI Guangzhou, Ratu Silvy Gayatri menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut yaitu untuk diseminasi potensi pasar China bagi produk Indonesia. Diharapkan para peserta yang berasal dari berbagai kabupaten di seluruh Indonesia dapat memperoleh informasi dan kiat sukses untuk memasarkan produk unggulan daerahnya di Tiongkok. Konjen juga menyarankan agar pelaku usaha dapat memanfaatkan kantor-kantor Perwakilan RI di China untuk memperoleh bantuan informasi dan fasilitasi terkait.

Market Brief menghadirkan empat pembicara yang kompeten di bidangnya, yaitu Ganef Jidawati, Direktur Pengembangan Produk Ekspor/P2E, Kementerian Perdagangan RI; Marolop Nainggolan, Kepala Biro Humas dan mantan Atase Perdagangan RI di Beijing; Erna Chou, profesional di bidang supply chain pasar Tiongkok yang menjabat sebagai Direktur Business Operation Mentor Media; dan Tjin Pek Yan, Ketua Umum South China Indonesia Business Association (SCIBA).

Ganef menyampaikan bahwa China berpotensi besar sebagai pasar produk Indonesia. Secara umum, perdagangan Indonesia dengan RRT masih di atas rata-rata negara berkembang, namun sayangnya masih defisit untuk Indonesia. Oleh karena itu ekspor produk Indonesia perlu ditingkatkan.

Berdasarkan target ekspor  2017 untuk masing-masing negara, Kemendag menargetkan peningkatan ekspor 5,63% untuk seluruh dunia, khusus untuk China sebesar 6,37%. Untuk pasar Tiongkok, produk yang dalam lima tahun terakhir memiliki performa baik yaitu buah-buahan tropis, furniture, ikan dan seafood, dan kopi.

"Untuk meningkatkan ekspor, Kemendag juga menekankan pentingnya nation branding. Untuk itu Kemendag membantu pengembangan produk melalui Indonesia Development Design Center, Clinic for Export Product, dan Designer Dispatched Services, Coaching Program and Export Services," jelas Ganef.

Sementara itu Marolop menyarankan agar pelaku usaha Indonesia tidak mengekspor produk yang China sendiri mengekspor dalam jumlah besar ke luar negeri. Selain itu, pelaku UKM disarankan agar tidak memasuki pasar China sendiri-sendiri karena permintaan impor umumnya memerlukan keberlanjutan dan supply yang terus menerus dalam jumlah besar. "Karena itu, pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan pendampingan," jelasnya.

Ketua SCIBA, Pek Yan, menyampaikan bahwa daya beli penduduk China terus meningkat. Walaupun GDP perkapita RRT secara nasional USD8200, secara umum di kota-kota besar GDP perkapita berada di kisaran US$10.000-15.000.

Buah dan Furnitur

Pengusaha Indonesia yang sudah membuka usaha di Guangzhou sejak 17 tahun lalu ini menyampaikan bahwa China kekurangan bahan pangan seperti ikan dan seafood (terutama yang segar dan hidup), serta buah-buahan. "Orang China itu pemakan buah dan pada dasarnya senang mencoba makanan-makanan baru," sambungnya.

Pek Yan menyayangkan bahwa produk buah Indonesia kalah dengan Thailand walaupun rasanya lebih enak. Sayangnya, karena pemeliharaannya kurang baik buah Indonesia biasanya terlihat tidak bagus. Ketatnya kompetisi di China juga mengharuskan eksportir Indonesia untuk memenuhi berbagai aturan dan sertifikasi. "Karena kalau barang tidak lolos, ya harus diekspor atau dimusnahkan," katanya.

Ia pun menambahkan bahwa penduduk China menyukai produk furniture yang memiliki sentuhan tradisional dan tidak dibuat masal. Menurutnya, lokasi yang cocok untuk produk tersebut yaitu di kawasan selatan (Foshan), tempat pasar grosirfurniture terbesar di Tiongkok.

Sebagai profesional, Erna Chou menegaskan mengenai pentingnya supply chain rantai pemasukan barang. Intinya adalah agar barang yang terkirim mulai dari mentah, stok hingga siap jual harus sampai ke konsumen seefisien mungkin. "Supply semakin pendek akan semakin baik dan semakin cepat sampai ke konsumen," jelasnya.

Agar berhasil di China, pelaku usaha dari Indonesia harus memanfaatkan bisnis model di RRT yang sudah berhasil seperti platform online. "Di China sudah sangat banyak sekali belanja online. (Barang) supermarket dalam setengah hari bisa sampai di tangan konsumen. Produk seafood(hidup) dalam dua jam bisa sampai ke rumah," sambungnya.

Selain itu, juga dapat dimanfaatkan cross border e-commerce. Dengan platform ini, barang dikenakan pajak 11%, lebih kecil dibandingkan jalur biasa yang dikenai pajak import 17%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper