Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA Cetak Laba Rp10,5 Triliun

PT Bank Central Asia Tbk pada paruh pertama tahun ini mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 10% menjadi Rp10,5 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp9,6 triliun.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tk Jahja Setiaatmadja (kiri) berbicara pada Halal Bihalal APPI di Jakarta, Selasa (25/7)./JIBI-Nurul Hidayat
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tk Jahja Setiaatmadja (kiri) berbicara pada Halal Bihalal APPI di Jakarta, Selasa (25/7)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk pada paruh pertama tahun ini mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 10% menjadi Rp10,5 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp9,6 triliun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pendorong pertumbuhan laba pada semester pertama tahun ini adalah penurunan biaya pencadangan sebesar 53,3% dari periode yang sama tahun lalu Rp2 triliun menjadi Rp936 miliar.

"Satu sisi, pendapatan bunga bersih perseroan tumbuh 3,1% menjadi Rp20,37 triliun dan berkontribusi sebesar 74,3% terhadap total pendapatan operasional yang mencapai Rp27, 41 triliun. Pendapatan operasional tercatat tumbuh 4,9%," ujarnya pada paparan kinerja semester I/2017 di Jakarta, Kamis (27/7).

Pertumbuhan laba sejalan dengan pertumbuhan sayap bisnis penyaluran kredit yang tumbuh 11,9% menjadi Rp433 triliun. Pertumbuhan kredit bank milik Djarum Group itu ditopang oleh segmen konsumer. Kredit konsumer tercatat tumbuh 18,4% dibandingan dengan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp124,5 triliun.

Kredit konsumer terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit kepemilikan rumah sebesar 21,9% menjadi Rp75,3 triliun. Kemudian diikuti kredit kendaraan bermotor yang tumbuh 12,2% menjadi Rp38,2 triliun dan kartu kredit naik 18% menjadi Rp11,1 triliun.

Selain konsumer, kredit bank berkode saham BBCA itu disumbang oleh Kredit korporasi yang tumbuh 18,7% menjadi Rp160,7 triliun. Hal itu sejalan dengan permintaan kredit yang lebih tinggi pada periode April-Juni 2017.

Satu sisi, Kredit komersial serta usaha kecil dan menengah (UKM) nyaris stagnan, dengan pertumbuhan hanya 1,2% menjadi Rp148,3 triliun. 

Menurut Jahja, lambannya penyaluran kredit komersial dan UKM karena ada pelunasan fasilitas modal kerja pada semester I/2017. “BCA agak konservatif ya karena komersial dan UKM ini terberat, dan kita minta jaminan yang agak berat agar nasabah bisa mendapatkan fasilitas, kami tidak mau kompromi dari segi kualitas kredit,” ungkapnya.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) BCA berada pada level 1,5% pada akhir Juni 2017, naik tipis jika dibandingkan periode sebelumnya 1,4%.

“Dari awal kami juga sudah menjaga NPL, ada faktor “uncertain” bukan hanya kredit macet, tapi persaingan industri, slow down bisnis atau kaitan dengan ketentuan hukum yang menyangkut individu tapi bisa mempengaruhi kinerja perusahaan,” ungkapnya.

Untuk itu, perseroan melakukan hal yang biasa dilakukan yakni mencoba jual jamian, melakukan restrukturisasi atau mencoba medorong penyaluran kredit. Hingga akhir tahun Jahja menambahkan akan menjaga NPL di level 1,5%-2%.

Cadangan kredit tercatat sebesar Rp1,5 triliun, meningkat 23,7% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya, rasio cadangan terhadap kredit bermasalah tercatat sebesar 196,3%. Posisi permodalan dan likuiditas BCA terjaga dengan rasio kecukupan modal atau CAR sebesar 22,1% dan rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) sebesar 74,5%.

Adapun, dana pihak ketiga tumbuh 16,7% yoy menjadi Rp572,2 triliun, yang mana dana giro dana tabungan (CASA) berkontribusi 74,6% terhadap total dana pihak ketiga. Dana CASA meningkat 12,0% yoy mencapai Rp46,9 triliun. Pada portofolio CASA, dana giro meningkat 23,5% menjadi Rp148,6 triliun sedangkan dana tabunga tumbuh 6,7% menjadi Rp278,3 triliun. Dana deposito mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi sebesar 33,0% yoy mencapai Rp145,3 triliun.

“Untuk deposito ada kenaikan cukup besar, dari tahun lalu kami naikkan bunga deposito 1% ternyata responsnya tahun ini nambahnya Rp15 triliun lebih dari deposito ditambah sisa tax amnesty.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper