Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pencapaian target Pertumbuhan Ekonomi Tergantung Harga Komoditas

Target pertumbuhan ekonomi di angka 5,2% dinilai cukup berat, tetapi target itu bisa saja tercapai asalkan harga komoditas, terutama komoditas energi terus membaik.
Pekerja menyortir biji kopi sebagai komoditas ekspor ke Jepang, Kanada, Hongkong, dan Italia di Pabrik Kopi Banaran milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (27/7)./ANTARA-Aditya Pradana Putra
Pekerja menyortir biji kopi sebagai komoditas ekspor ke Jepang, Kanada, Hongkong, dan Italia di Pabrik Kopi Banaran milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (27/7)./ANTARA-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com JAKARTA - Target pertumbuhan ekonomi di angka 5,2% dinilai cukup berat, tetapi target itu bisa saja tercapai asalkan harga komoditas, terutama komoditas energi terus membaik.
Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Alexander Sugandi menjelaskan selain komoditas global, realisasi pertumbuhan ekonomi sangat bergantung peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, dan pertumbuhan belanja pemerintah.
"Agak berat karena di kuartal 1/2017 tumbuh 5,0%. Artinya di kuartal-kuartal berikutnya idealnya tumbuh di atas 5,2%," kata Eric kepada Bisnis, kemarin.
Melihat situasi di semester kedua dimana pemerintah masih harus membenahi sejumlah sektor diantaranya menekan pelebaran defisit, pengelolaan utang, hingga upaya menaikkan penerimaan negara, maka dia memprediksi hingga akhir tahun nanti realisasi pertumbuhan ekonomi hanya 5,1%.
"Forecast saya untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia full year di 5,1%," terangnya.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede justru melihat revisi asumsi pertumbuhan ekonomi dari 5,1% menjadi 5,2% didorong perbaikan ekonomi global terutama mitra dagang utama Indonesia seperti ekonomi China yang cenderung lebih baik dari perkiraan sebelumnya.
Selain itu ekspektasi peningkatan investasi di sektor riil pasca rating upgrade juga menjadi salah satu alasan peningkatan target tersebut.
"Pemerintah tampaknya juga mempertimbangkan dampak dari pengetatan kebijakan moneter AS pada semester II tahun ini yang pada akhirnya dapat mendorong penguatan dollar AS," jelasnya.
Menurut dia, perubahan asumsi makro secara keseluruhan cukup realistis memperhatikan perkembangan ekonomi global serta pencapaian ekonomi domestik pada semester I tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Lutfi Zaenudin

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper