Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan Devisa China Naik Enam Bulan Berturut-turut

Cadangan devisa China berhasil melanjutkan kenaikannya pada bulan keenam berturut-turut, ditopang oleh penguatan mata uang yuan dan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat.
Yuan/Bloomberg
Yuan/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Cadangan devisa China berhasil melanjutkan kenaikannya pada bulan keenam berturut-turut, ditopang oleh penguatan mata uang yuan dan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat.

Bank sentral China (People's Bank of China/PBOC) melaporkan, cadangan devisanya naik US$23,9 miliar menjadi US$3,081 triliun pada Juli. Raihan tersebut lebih besar dari prediksi para analis dan ekonom dalam survey Bloomberg untuk pencapaian menjadi US$3,075 triliun.

Data ekonomi yang solid serta pembatasan aliran dana keluar telah membantu mengembalikan kepercayaan pada mata uang China tersebut sekaligus meredakan tekanan arus dana keluar.

Badan Administrasi Valuta Asing China (State Administration of Foreign Exchange/SAFE) bulan lalu menyatakan melemahnya dolar AS telah turut mengangkat nilai aset dalam yen dan euro.

Dilansir Reuters, yuan telah rebound lebih dari 3% sepanjang tahun ini, sebagian besar akibat pergerakan dolar AS, peraturan kebijakan arus dana keluar yang lebih ketat, serta langkah baru bank sentral China untuk menyingkirkan spekulan yang bertaruh bahwa yuan akan terus melemah.

Yuan menguat sekitar 0,8% terhadap dolar AS pada bulan Juli, penguatan bulan ketiga berturut-turut.

“Hal ini cukup untuk mengubah ekspektasi pasar dari depresiasi yuan menjadi apresiasi. Tekanan pada arus modal keluar telah mereda, tapi menurut saya pihak regulator tidak akan melonggarkan pembatasan,” kata Iris Pang, analis ING Groep NV di Hong Kong.

Menurut Rajiv Biswas, kepala ekonom Asia Pasifik di IHS Markit, data tersebut mencerminkan meningkatnya upaya oleh pihak otoritas China untuk mengurangi arus keluar modal melalui pengawasan keras terhadap kesepakatan merger dan akuisisi (M&A) perusahaan.

“Di samping itu juga peraturan yang lebih ketat mengenai pengiriman uang individu untuk pembelian properti asing,” lanjutnya, seperti dikutip dari Bloomberg (Selasa, 8/8/2017).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper