Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mandiri Tingkatkan Efisiensi Tahun Depan

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menyatakan perseroan akan meningkatkan efisiensi pada tahun 2018 agar suku bunga kredit yang ditawarkan kian bersaing.
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mandiri, di Jakarta, Senin (9/1)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mandiri, di Jakarta, Senin (9/1)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menyatakan perseroan akan meningkatkan efisiensi pada tahun 2018 agar suku bunga kredit yang ditawarkan kian bersaing.

Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rohan Hafas menyatakan bank masih memiliki ruang penurunan bunga kredit. Posisi suku bunga rata-rata tertimbang di Bank Mandiri saat ini ada di level satu digit.

"Untuk suku bunga single digit, mengacu pada Suku Bunga Dasar Kredit (SDBK) terkini yang dipublikasikan di website, segmen korporasi dan ritel berada pada level 9.95%. Masih terdapat ruang penurunan suku bunga untuk segmen ritel," katanya kepada Bisnis, Selasa (12/9/2017).

Penurunan suku bunga tersebut, tambahnya, dimungkinkan bila perseroan dapat menjalankan bisnis secara lebih efisien dengan berbagai strategi.

"Efisiensi bisa dicapai antara lain dengan cara penghematan cost of fund dari tren suku bunga turun serta efisiensi biaya overhead dengan inovasi IT dan teknologi."

Rohan menambahkan, perbankan dituntut untuk menjadi lebih efisien pada tahun-tahun mendatang. Pasalnya Bank Indonesia hal tersebut seiring dengan potensi meningkatnya transaksi surat berharga komesial (SBK) di pasar uang.

Seperti diketahui, Bank Indonesia telah meresmikan peraturan dewan gubernur sebagai turunan dari Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 19/9/PBI/2017 tentang penerbitan dan transaksi surat berharga komersial di pasar uang.

Bank Indonesia mendorong korporasi-nonbank, baik swasta maupun BUMN, untuk kembali aktif melakukan transaksi surat berharga komersial atau commercial paper sebagai alternatif pendanaan jangka pendek dari pasar keuangan.

Penerbitan diharapkan dapat mulai dilakukan pada 2 Januari 2018. Saat ini, BI tengah mempersiapkan infrastrukturnya dengan mempersiapkan lembaga pendukung seperti pendukung penerbitan, pendukung transaksi, hingag pendukung penataausahaan dan penyelesaian trasanksi.

Rohan melanjutkan, dengan adanya PBI tentang SBK tersebut, mau tak mau perbankan harus mampu memberikan suku bunga kredit modal kerja yang kompetitif.

"Ketentuan PBI ini secara langsung menuntut bank agar menjadi lebih efisien sehingga dapat menawarkan tingkat suku bunga yang lebih kompetitif," ujarnya.

Dari sisi penyaluran kredit SBK dinilai tidak berpotensi mempengaruhi pertumbuhan kredit perbankan. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi masih akan tetap bertumpu pada optimalisasi peran perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasi.

Secara umum, PBI tentang SBK diharapkan akan memberikan kemudahan bagi pelaku usaha untuk mendapatkan pendanaan dalam mengembangkan usahanya sehingga mendorong perekonomian nasional.

Bagi pelaku usaha, instrumen tersebut memberikan beberapa alternatif pembiayaan yang bisa diambil sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas perusahaan.

Di sektor perbankan, PBI tersebut juga menawarkan alternatif investasi dalam penempatan dana. Beberapa instrumen yang umum digunakan saat ini dalam penempatan dana antara lain PUAB, obligasi pemerintah, obligasi korporasi, valas, derivatif, dan instrumen syariah.

Bila perusahaan memanfaatkan PBI SBK semakin banyak likuiditas obligasi korporasi akan menjadi lebih baik. Ini sejalan dengan rencana regulator untuk meningkatkan pendalaman pasar uang.

"Tujuan penerbitan regulasi SBK ini selain untuk menyediakan alternatif sumber pendanaan bagi dunia usaha di luar kredit bank, juga untuk memperdalam pasar keuangan sehingga akan meningkatkan transmisi kebijakan moneter," kata Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Nanang Hendarsyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper