Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENURUNAN 7DRRR: Apakah Momentum Pertumbuhan Ekonomi RI Sudah Merosot?

Bisnis.com, JAKARTA Target pertumbuhan PDB Indonesia di 2017 di prediksi berada pada angka 5,1% dan pada tingkat rerata inflasi tahunan (year-average inflation) pada kisaran 3,8% 3,9%.
PDB Indonesia kuartyal 2/2017 tumbuh 5,01%
PDB Indonesia kuartyal 2/2017 tumbuh 5,01%

Bisnis.com, JAKARTA — Target pertumbuhan PDB Indonesia di 2017 di prediksi berada pada angka 5,1% dan pada tingkat rerata inflasi tahunan (year-average inflation) pada kisaran 3,8% – 3,9%.

Hal ini menyusul adanya spekulasi bahwa momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah merosot jauh di bawah potensi pertumbuhannya pasca-Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan atau 7DRRR sebanyak 25 bps.

Chief Economist PT. Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean memprediksi jika pertumbuhan ekonomi pada sementer II/2017 bisa mencapai angka 5,1% maka total pertumbuhan ekonomi pada 2017 hanya akan mencapai sedikit di bawah angka 5,1% yang artinya berada di batas bawah dari rentang estimasi awal Bank Indonesia dan pemerintah.
Apalagi, komponen pengeluaran pemerintah pada semester I/2017 hanya tumbuh sedikit diatas 0%.

“Dan nampaknya kebijakan moneter hanya tinggal satu-satunya katalis yang tersedia setelah kebijakan fiskal nampaknya kurang mampu mendorong memberikan stimulasi pertumbuhan yang diharapkan,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Senin (25/9/2017).

Kendati, jika ingin meraih target, penurunan suku bunga 7DRRR harus diimbangi dengan lima hal.

Pertama, bila tujuan dasar dari penurunan 7DRRR adalah untuk mempertahankan momentum pemulihan ekonomi lewat stimulasi kredit pinjaman, maka suku bunga operasi moneter Bank Indonesia tenor 12 bulan seyogyanya pun turun ke kisaran 5,25% - 5,35%.
Pasalnya, hanya di tingkat itulah suku bunga deposito 12 bulan baru akan bisa turun ke kisaran 6%.

“Dalam kondisi itu, suku bunga JIBOR bertenor 3-bulan berpotensi turun ke kisaran 4,7% - 4,8% yang pada gilirannya akan memunculkan katalis kredit pinjaman bank berbasis JIBOR,” katanya.

Kedua, bila diasumsikan US Treasury bertenor 10 tahun tetap berada di rentang 2,1% – 2,5%, serta indeks Credit Default Swap (CDS) Indonesia tetap berada di kisaran ±100, maka akan tercipta ruang penurunan yield atau imbal hasil Surat Utang Negara bertenor 10 tahun kearah kisaran 5,9% – 6,3% dengan tendensi sentral di sekitar angka 6,1%.

Ketiga, turunnya suku bunga JIBOR bertenor 3 bulan ditengah kuatnya prospek divergensi dalam kebijakan moneter global, di mana US$ LIBOR diasumsikan mungkin bergerak ke kisaran 1,5% -- 1,6% di kuartal IV/2017 mengindikasikan akan semakin rendahnya swap rate antara US$/IDR.
“Saya memperkirakan swap rate bisa turun sebanyak 50bps dari angka 4+% di minggu yang lalu,” terangnya.

Keempat, dia mengatakan, bahkan dengan turunnya suku bunga JIBOR, deposito dan imbal hasil obligasi, rata-rata tertimbang suku bunga pinjaman working capital dan investment nampaknya hanya bisa turun ke arah 10% pada akhir kuartal IV/2017 dan kuartal I/2018.

“Bila saya asumsikan suku bunga acuan 7DRRR bisa dipertahankan pada angka 4,25% selama paling tidak 4 kuartal, maka diatas kertas rata-rata tertimbang suku bunga pinjaman bisa turun kearah 9,5% baru di semester II/2018,” jelasnya.

Menurutnya, hal itu dihitung dibawah asumsi tetap berlaku efektif plafon deposito yang ditetapkan OJK saat ini.

Dalam hal ini, Bank dalam kategori BUKU IV dan III misalnya, saat ini hanya bisa mematok bunga deposito sebesar 75 bps dan 100 bps diatas sukubunga operasi moneter 12 bulan.
“Dan bila objektif dasar dari penurunan suku bunga 7DRRR adalah untuk mendorong rata-rata tertimbang suku bunga pinjaman bank kearah bawah, idealnya plafon bunga deposito yang berlaku saat ini seyogianya mengikut sertakan juga bank-bank yang ada dalam ketegori BUKU II,” terangnya.

Kelima, Adrian menilai, efek dari penurunan suku bunga 7DRRR sebanyak 50 bps (ceteris paribus) nampaknya tidak serta merta menyebabkan naik drastisnya volume kredit pinjaman perbankan.

“Kalkulasi saya mengindikasikan bahwa sampai akhir tahun 2017 pertumbuhan kredit pinjaman [loan growth] hanya akan mencapai angka 9%. Tahun 2018, dengan asumsi dipertahankannya suku bunga 7DRR pada angka 4,25%, maka laju pertumbuhan kredit baru akan mencapai 11+% di kuartal IV/2017,” pungkasnya.

Adapun, keputusan BI untuk menurunkan suka bunga acuan 7-Days Reverse Repo Rate sebanyak 25 bps cukup mengejutkan.
Pasalnya, penurunan sebanyak 50 bps dalam kurun 2 bulan terjadi pada saat pasar menilai ruang pelonggaran moneter justru mulai menyempit sebagai akibat dari segera akan dimulainya pengurangan jumlah aset bank sentral Amerika Serikat dan program tapering di Eurozone.

Seperti yang diketahui, The Federal Reserve justru mengumumkan akan segera dimulainya pengurangan jumlah asetnya pada Oktober 2017, atau lebih awal dari rencana mereka sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper