Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI CHINA: Ekspor Impor Naik, Negeri Tirai Bambu Masih Ekspansif?

Ekspor dan impor China tumbuh dengan laju lebih cepat bulan lalu. Hal ini menunjukkan bahwa negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut masih berekspansi sehat meski terdapat proyeksi perlambatan.
./.Bloomberg
./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor dan impor China tumbuh dengan laju lebih cepat bulan lalu. Hal itu menunjukkan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut masih berekspansi sehat meski terdapat proyeksi perlambatan.

Menurut Badan Administrasi Bea Cukai China, impor China dalam dolar AS tumbuh 18,7% pada September 2017 dibandingkan dengan setahun sebelumnya.

Pencapaian tersebut melampaui proyeksi para analis untuk ekspansi sebesar 13,5%, sekaligus lebih baik dari raihan pada Agustus dengan pertumbuhan 13,3%.

Sementara itu, ekspor negeri tirai bambu pada bulan lalu naik 8,1%. Meski sedikit lebih kecil dari pada proyeksi kenaikan sebesar 8,8%, pencapaian pada September lebih baik daripada kenaikan pada Agustus sebesar 5,5%.

Dengan demikian, surplus perdagangan China menjadi US$28,47 miliar, lebih kecil dari sekitar US$42 miliar pada Agustus.

Pertumbuhan impor kembali didorong sumber daya industri saat booming konstruksi sepanjang tahun ini tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan, sehingga meningkatkan permintaan bahan baku mulai dari baja hingga tembaga.

Berdasarkan perhitungan Reuters, impor bijih besi China pada bulan September meningkat menjadi 103 juta ton dari 88,7 juta ton pada Agustus, sedangkan impor tembaga mencapai level tertinggi sejak Maret.

Kuatnya data ekspor impor pada bulan lalu juga akan menjadi sentimen positif bagi pemerintah Beijing menjelang agenda perombakan kepemimpinan politik pekan depan.

Menurut Badan Administrasi Bea Cukai China, perdagangan luar negeri kemungkinan akan tumbuh dengan laju dua digit tahun ini jika kondisi saat ini berlanjut.

“Selain menunjukkan permintaan yang masih kuat, beberapa lonjakan pada impor bulan September mungkin disebabkan oleh perencanaan awal oleh perusahaan-perusahaan menjelang libur nasional selama sepekan di awal Oktober,” jelas para analis, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (13/10/2017).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper