Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Theresa May: Tahap Transisi Brexit 'Krusial' untuk Bisnis di Inggris

Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mengatakan kepada salah satu kelompok bisnis terbesar di negara tersebut bahwa dukungannya terhadap masa transisi Brexit adalah untuk memberi kepastian kepada perusahaan dan mendesak para eksekutif untuk lebih optimis mengenai proses tersebut.
PM Inggris Theresa May/Reuters
PM Inggris Theresa May/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mengatakan kepada salah satu kelompok bisnis terbesar di negara tersebut, bahwa dukungannya terhadap masa transisi Brexit adalah untuk memberi kepastian kepada perusahaan dan mendesak para eksekutif untuk lebih optimis dalam proses tersebut.

"Masa pelaksanaan yang ketat akan sangat penting untuk kesuksesan masa depan kita," kata May dalam teks pidato yang dipersiapkan untuk pidato di Konfederasi Industri Inggris, Senin (6/11/2017), seperti dikutip Bloomberg.

"Saya tahu betapa pentingnya bisnis dan industri tidak menghadapi gejolak dan memiliki waktu yang dibutuhkan untuk merencanakan dan mempersiapkan pengaturan baru ini," lanjutnya dalam teks tersebut.

Pembicaraan dengan Uni Eropa mengenai keluarnya Inggris dari blok tersebut dijadwalkan akan dilanjutkan pekan ini setelah awal yang bergejolak yang ditandai dengan perselisihan terhadap rancangan undang-undang Inggris untuk pemisahan tersebut.

Uni Eropa enggan membiarkan para perunding mendiskusikan pengaturan perdagangan setelah Brexit sampai adanya kesepakatan pada rancangan undang-undang tersebut, sementara Inggris enggan menunjukkan rencanyanya, sebagian karena masalah yang dihadapi adalah masalah domestik.

Confederation of British Industry (CBI) mendesak diakhirinya "drama" Brexit dan mengatakan akan mengajukan sebuah "strategi tunggal yang jelas" dalam negosiasi tersebut. Menurut data survei yang dikeluarkan oleh CBI pada hari Minggu, sekitar 10% perusahaan telah mulai menerapkan rencana untuk skenario "tanpa kesepakatan". Pada bulan Maret 2018, presentase perusahaan tersebut tersebut akan meningkat menjadi 60%.

Sementara itu, Gubernur Bank of England Mark Carney, yang menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir pekan lalu, mengatakan pada hari Minggu (5/11) bahwa bank sentral memiliki ruang lingkup terbatas untuk memberikan dukungan ekonomi ekstra jika kesepakatan Brexit berjalan dengan tidak mulus.

Karena efek Brexit mengurangi kecepatan pertumbuhan ekonomi Inggris yang dapat dicapai tanpa mengurangi inflasi, BOE mungkin tidak dapat menurunkan suku bunga jika tidak ada kesepakatan Brexit dan ekonomi berjalan lebih buruk dari perkiraan.  Meskipun ia menyebutnya sebagai skenario "ekstrem", BOE mungkin perlu untuk menaikkan suku bunga agar harga tetap terkendali.

BOE menaikkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin pada 2 November setelah inflasi meningkat menjadi 3%. Pengetatan tersebut dilakukan bahkan saat ekspansi ekonomi di Inggris melambat tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya.

Jika Inggris gagal mencapai kesepakatan, Brexit mungkin akan berimbas pada berkurangnya 75.000 pekerjaan di bidang perbankan dan asuransi di Inggris, ungkap regulator perbankan Inggris terkemuka Sam Woods kepada anggota parlemen pada hari Rabu.

Sebagai contoh, Deutsche Bank AG mungkin akan memindahkan sekitar 4.000 tenaga kerjanya ke Frankfurt dan Berlin dari London.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper