Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur BI : Ekonomi Global Diperkirakan Meningkat Secara Gradual

Bank Indonesia memperkirakan ekonomi global akan tumbuh secara gradual. Hal ini beriringan dengan pertumbuhan harga komoditas.
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo saat memberikan sambutan pada acara sinergi Bank Indonesia dengan Polri di Jakarta, Jumat (17/11/2017)./JIBI-Dwi Prasetya
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo saat memberikan sambutan pada acara sinergi Bank Indonesia dengan Polri di Jakarta, Jumat (17/11/2017)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan ekonomi global akan tumbuh secara gradual. Hal ini beriringan dengan pertumbuhan harga komoditas.

Di sisi lain, suku bunga dunia juga diperkirakan meningkat, sejalan dengan tren pengetatan kebijakan moneter di negara maju.

Demikian disampaikan Bank Indonesia dalam laporan rilisnya di laman bi.go.id terkait sambutan Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017, di Jakarta, Selasa (28/11/2017).

Agus dalam sambutanya menekankan pentingnya penguatan momentum dalam mendukung perbaikan ekonomi Indonesia.

"Di tengah pemulihan ekonomi global yang berlangsung sepanjang 2017, dengan pertumbuhan ekonomi global yang tak hanya lebih tinggi namun lebih merata, ekonomi Indonesia pun mencatat penguatan. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia tetap terjaga pada tahun 2017, ditopang oleh kebijakan yang kredibel. Hal ini mendapat tanggapan positif dari berbagai lembaga, antara lain lembaga pemeringkat Standard & Poor’s yang menaikkan rating kredit Indonesia menjadi investment grade," demikian disampaikan Agus Martowardojo seperti dikutip dari laporan di laman resmi BI.

Lebih jauh Agus menyebutkan, meskipun demikian, ekonomi Indonesia masih mengalami tantangan, baik global maupun domestik.

Untuk itu, semua pemangku kebijakan perlu melanjutkan upaya-upaya memperkuat momentum pemulihan, dengan kebijakan ekonomi yang progresif.

Dalam hal ini, kebijakan harus berorientasi ke masa depan, berkesinambungan dan tersinergi, serta berimbang.

Dari sisi Bank Indonesia,lanjut Agus, kebijakan akan tetap berfokus menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

"Di bidang moneter, penyempurnaan antara lain ditempuh melalui perluasan implementasi GWM Rata-rata hingga mencakup GWM Rupiah dan GWM valas baik bagi bank konvensional maupun syariah. Selain itu, BI juga akan terus mengembangkan swap lindung nilai non-dolar AS dengan memperluas jenis mata uang yang dapat ditransaksikan, serta melakukan berbagai penguatan lainnya,:" ujar Agus.

Penguatan kebijakan makroprudensial akan berfokus pada tiga aspek penting.

  • Pertama, implementasi Buffer Likuiditas Makroprudensial sebagai bentuk penyempurnaan Giro Wajib Minimum Sekunder.
  • Kedua, implementasi Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIMP) sebagai bentuk penguatan Loan to Funding Ratio.
  • Ketiga, peningkatan efektivitas instrumen makroprudensial.

"Bank Indonesia juga akan terus melakukan pengembangan UMKM yang diselaraskan dengan pengendalian inflasi dari sisi suplai, serta mendorong pengembangan ekonomi syariah melalui implementasi blueprint ekonomi dan keuangan syariah," ujar Agus.

Di bidang sistem pembayaran, BI terus mendorong interkoneksi dan interoperabilitas instrumen, kanal, dan infrastruktur pembayaran ritel domestik di bawah payung Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).

BI juga memperkuat elektronifikasi untuk mendukung program pemerintah, serta akan mengeluarkan aturan bagi pelaku teknologi finansial (Tekfin).

"Pada area pengelolaan uang Rupiah, BI terus berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dalam jumlah yang cukup dan pecahan yang sesuai, antara lain melalui penguatan sinergi layanan kas dengan berbagai pihak," ujarnya.

Agus juga menyampaikan prospek perekonomian ke depan sebagai berikut:

  • Pertumbuhan ekonomi global serta pertumbuhan harga komoditas diperkirakan akan meningkat secara gradual
  • Suku bunga dunia diperkirakan meningkat, sejalan dengan tren pengetatan kebijakan moneter di negara maju
  • Pertumbuhan ekonomi 2018 diyakini berada pada kisaran 5,1-5,5%, terutama didorong permintaan domestik
  • Inflasi 2018 diperkirakan berada pada kisaran sasaran 3,5+1%
  • Pertumbuhan dana pihak ketiga dan kredit perbankan 2018 masing-masing diperkirakan sebesar 9-11% dan 10-12%
  • Defisit transaksi berjalan, meski diperkirakan sedikit meningkat, tetap di bawah 3% dari PDB
  • Pada periode 2019-2022, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat hingga mencapai kisaran 5,8-6,2% pada 2022, dengan inflasi sebesar 3+1% dan defisit transaksi berjalan yang menurun dan tetap di bawah 3% dari PDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : bi.go.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper