Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APBN Perlu Model Pembiayaan Risiko Bencana Alam & Pemulihannya

Masalah utamanya saat ini adalah bagaimana mengalokasikan budget untuk pembangunan daerah pasca bencana. Post disaster development itu memerlukan pembiayaan yang berbeda dengan bantuan pada saat terjadinya bencana,
Presiden Joko Widodo (dari kiri) menandatangani berita acara penyerahan RAPBN kepada Pimpinan Sidang sekaligus Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan Ketua DPD Oesman Sapta saat Sidang Paripurna DPR Tahun 2017, di Jakarta, Rabu (16/8)./JIBI-Abdullah Azzam
Presiden Joko Widodo (dari kiri) menandatangani berita acara penyerahan RAPBN kepada Pimpinan Sidang sekaligus Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan Ketua DPD Oesman Sapta saat Sidang Paripurna DPR Tahun 2017, di Jakarta, Rabu (16/8)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Suahasil Nazara menyatakan pentingnya terobosan untuk membuat skema mengenai perencanaan keuangan ketika terjadi bencana alam dan pemulihannya.

“Masalah utamanya saat ini adalah bagaimana mengalokasikan budget untuk pembangunan daerah pasca bencana. Post disaster development itu memerlukan pembiayaan yang berbeda dengan bantuan pada saat terjadinya bencana,” ujar Suahasil, dalam keterangan resmi, Rabu (6/12/2017).

Masalah penanganan pasca bencana tidak hanya dialami oleh pemerintah daerah, namun juga oleh pemerintah pusat. Untuk tingkat masyarakat, walaupun beberapa perusahaan asuransi telah menyediakan pertanggungan atas kerusakan akibat terjadinya bencana alam, namun saat ini jumlah perusahaan asuransi rupanya masih belum memadai.

“Pembiayaan untuk pembangunan kembali pasca bencana sungguh merupakan sesuatu yang menantang. Masyarakat dapat mengasuransikan aset-asetnya. Tapi saya pikir salah satu masalahnya adalah kita butuh lebih banyak lagi perusahaan asuransi yang bersedia menyediakan jasa pertanggungan atas bencana alam yang terjadi.”

Menurutnya, permasalahan menjadi lebih pelik ketika membahas skema keuangan untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas sosial lainnya seperti pendidikan dan kesehatan pasca bencana alam.

Salah satu masalah mendasar adalah skema APBN saat ini tidak memadai untuk mengantisipasi alokasi untuk pembangunan setelah terjadinya bencana alam.

“APBN relatif cukup cepat dalam menyediakan bantuan-bantuan jangka pendek ketika terjadi bencana alam, namun APBN dirasa belum mampu untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara skema pembiayaan untuk membangun kembali ekonomi suatu daerah paska bencana.”

Menurutnya, hal ini cukup sulit karena APBN direncanakan untuk pembiayaan-pembiayaan tertentu, terbatas pada satu tahun fiskal. “Beberapa negara mencoba mengembangkan pendanaan jangka menengah, tapi skema ini biasanya bukan termasuk pada konsep untuk penanganan risiko bencana alam. Skema ini lebih pada alokasi untuk pembangunan infrastruktur 3-5 tahun ke depan, pembangunan kesehatan dan pendidikan,” tegasnya.

Untuk itu, diperlukan adanya masukan-masukan dari para pakar baik dari dalam maupun luar negeri terutama yang telah memiliki pengalaman mengelola dan membangun kembali daerah pasca bencana alam.

Selain itu, dia juga mengharapkan adanya keterlibatan swasta secara aktif dalam pembangunan pasca bencana melalui program kemitraan pemerintah-swasta . “Saya juga percaya bahwa kemungkinan skema kerja sama pemerintah dan swasta sangat penting untuk skema pembiayaan bencana alam. Jadi saya berharap untuk memperoleh model-model skema pembiayaan yang berbeda dan juga masukan dari komunitas internasional.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper