Bisnis.com, JAKARTA – Kendati dibayangi risiko shortfall penerimaan pajak, namun pemerintah tetap optimis kinerja anggaran sampai akhir tahun sesuai ekspektasi. Defisit anggaran dipercaya akan berada dikisaran 2,67% atau 2,7%.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tak memungkiri target penerimaan pajak yang tak tercapai akan berpengaruh terhadap pengelolaan fiskal.
Hal itu akan terjadi apabila belanja tak diawasi. Namun demikian, apabila pengeluaran dikelola dengan baik, maka realisasi defisit masih dalam tataran aman.
“Memang lebih kecil dari yang direncanakan, tetapi defisit akhir tahun tidak akan meleset,” kata Darmin di Jakarta, Jumat (15/12/2017).
Terkait kebijakan belanja, tanpa membebani anggaran pemerintah terus mengarahkan belanja ke sektor yang menjadi prioritas dalam APBN P 2017.
Selain itu, pemerintah juga tengah menerapkan kebijakan belanja sesuai dengan output. Artinya, pencairan anggaran akan ditentukan dari output yang dihasilan, apabila output tak jelas maka pencairan anggaran tak dilakukan.
Hal itu tampak dalam penyaluran transfer ke daerah dan dana desa (TKDD). Boediarso Teguh Widodo Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan belum lama ini mengatakan, sampai awal Desember dana desa tahap II yang belum disalurkan sekitar Rp5,34 triliun. Tersendatnya penyaluran dana desa itu, terjadi lantaran daerah belum memenuhi persyaratan penyaluran.
Meski demikian, pemerintah menolak anggapan apabila kebijakan mengerem belanja untuk mengamankan deifisit. Apalagi sesuai realisasi hingga pertengahan November lalu, belanja jusru tumbuh 5,3% dari tahun lalu, 71,8% atau sekitar Rp1.535,7 triliun dari target. Sedangkan defisit dipertahankan di angka 2,22%.
Adapun kinerja belanja pemerintah itu ditopang olej kebijakan lelang dini serta percepatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Selain itu hal itu juga karena realisasi transfer ke daerah dan dana desa yang telah mencapai lebih 85,1% dari outlook.
REM BELANJA
Realisasi penerimaan yang jauh dari target dan belanja yang belum tumbuh signifikan mengindikasikan adanya upaya mengerem belanja supaya defisit tetap terjaga di bawah 3%. Apalagi, beberapa kali pemerintah secara lugas mengatakan akan memerhatikan setiap pengeluaran yang dilakukan.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan indikasi dari upaya menahan belanja itu sudah tampak sejak akhir triwulan ke dua. Saat itu belanja tumbuh negatif yakni di kisaran -1,97%. Bahkan, upaya melakukan ‘penghematan’ itu juga ditunjukkan melalui instruksi presiden atau inpres.
“Alasan utamanya tentu saja untuk menjaga defisit dari shirtfall penerimaan pajak,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel