Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi 2018, Tak Banyak Katalis Pendorong

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk. Adrian Panggabean memprediksi PDB bertumbuh 5,2% pada 2018. Dalam laporannya yang dikutip Bisnis, Kamis (18/1/2018), dia memandang tidak banyak katalis yang bisa diharapkan tahun ini.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto (tengah) menyampaikan paparan terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2017, di Jakarta, Rabu (6/11)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto (tengah) menyampaikan paparan terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2017, di Jakarta, Rabu (6/11)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan mencapai 5,4%. Namun, beberapa pihak menilai realisasinya akan berada di bawah proyeksi tersebut.

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk. Adrian Panggabean memprediksi PDB bertumbuh 5,2% pada 2018. Dalam laporannya yang dikutip Bisnis, Kamis (18/1/2018), dia memandang tidak banyak katalis yang bisa diharapkan tahun ini.

Pertama, postur APBN. CIMB Niaga memperkirakan defisit fiskal tahun ini sebesar 2,3% terhadap PDB, sehingga APBN 2018 lebih terlihat konsolidatif dan populis ketimbang ekspansif dan populis.

"Di satu sisi, realokasi anggaran ke arah pengeluaran rutin memang berpotensi memberikan daya dorong lewat naiknya belanja rutin pemerintah. Di lain sisi, beberapa asumsi APBN, misalnya harga minyak jauh lebih rendah dibanding realita pasar," paparnya.

Akibatnya, ada risiko fiskal yang muncul. Dalam asumsi APBN 2018, harga minyak ditetapkan US$48 per barel. Tetapi, sekarang harga minyak di pasar sudah merangkak ke posisi US$60 per barel.

Apalagi, lanjut Adrian, asumsi rasio pajak pada 2018 akan tetap berada di kisaran 10,6%-11%.

Kedua, katalis moneter mungkin tidak akan banyak muncul. Dengan perkiraan kenaikan suku bunga The Fed sebanyak 2-3 kali, konfigurasi harga aset AS akan membuat jarak imbal hasil antara aset Indonesia dengan AS menjadi lebih sempit.

"Ini bisa mempersulit Bank Indonesia (BI) untuk menginjeksi katalis moneter ke dalam perekonomian," terangnya.

Di sisi lain, laju inflasi rata-rata tahunan diperkirakan berada di level 3,5% sepanjang 2018. Asalkan, tidak ada kenaikan harga untuk barang-barang yang dikendalikan pemerintah (administered prices), nilai tukar rupiah stabil, dan harga beras terjaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper