Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Oxfam: Miliarder Bertambah, Ketidaksetaraan Memburuk

Menurut Oxfam, kelompok miliarder yang rata-rata adalah pria tersebut mencatat lonjakan nilai kekayaan sebesar US$762 miliar. Apabila dihitung-hitung, nilai tersebut cukup untuk mengakhiri lebih dari tujuh kali lipat tingkat kemiskinan yang ekstrem.
Ilustrasi orang kaya/Istimewa
Ilustrasi orang kaya/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian global berujung pada terciptanya rekor jumlah miliarder tahun lalu. Hal ini memperburuk ketidaksetaraan di tengah melemahnya hak-hak pekerja serta dorongan perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan para pemegang saham.

Dalam laporan terbarunya yang dipublikasikan hari ini, Senin (22/1/2018), lembaga nirlaba Oxfam International menyatakan terdapat sebanyak 2.043 miliarder di seluruh dunia saat ini. Di antara jumlah tersebut, ada satu miliarder baru untuk setiap dua hari muncul dalam setahun terakhir.

Menurut Oxfam, kelompok miliarder yang rata-rata adalah pria tersebut mencatat lonjakan nilai kekayaan sebesar US$762 miliar. Apabila dihitung-hitung, nilai tersebut cukup untuk mengakhiri lebih dari tujuh kali lipat tingkat kemiskinan yang ekstrem.

Berdasarkan data terpisah yang dihimpun Bloomberg, kekayaan bersih 500 miliarder teratas tumbuh 24% menjadi US$5,38 triliun pada 2017. Adapun nilai kekayaan orang terkaya di dunia, pendiri Amazon.com Inc. Jeff Bezos, mengalami peningkatan sebesar US$33,7 miliar.

Meski demikian, menurut Winnie Byanyima, Executive Director Oxfam International, lonjakan jumlah miliarder merupakan gejala dari sistem ekonomi yang gagal, alih-alih tanda ekonomi yang berkembang.

“Orang-orang yang membuat pakaian kita, merakit ponsel kita, dan menanam bahan makanan kita dieksploitasi,” tambah Byanyima, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (22/1/2018).

Laporan Oxfam dipublikasikan menjelang perhelatan pertemuan para pemimpin global, chief executive, dan bankir global di Davos, Swiss, dalam World Economic Forum pekan ini.

Meski banyak elit dunia menyatakan kekhawatiran mereka tentang ketidaksetaraan pendapatan, Oxfam mengatakan bahwa kebanyakan pemerintah justru gagal memperbaiki keadaan tersebut.

Dalam laporannya, Oxfam menyerukan pemerintah dunia untuk membatasi keuntungan pemegang saham dan eksekutif perusahaan-perusahaan, serta memastikan bahwa pekerja mereka menerima upah yang layak. Oxfam juga merekomendasikan untuk menghilangkan kesenjangan upah berdasarkan gender serta menaikkan pajak untuk orang kaya.

“Orang-orang siap untuk perubahan. Mereka menginginkan batas kekuasaan dan kekayaan yang berada di tangan sedikit pihak,” tutup Byanyima.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper