Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deposito dan Reksa Dana Mulai Ditinggalkan

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah mendorong diversifikasi produk investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan. Pada tahun ini, alokasi dana investasi masyarakat diprediksi tidak lagi terpusat pada produk investasi tradisional seperti deposito atau reksa dana.
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/1)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/1)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah mendorong diversifikasi produk investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan. Pada tahun ini, alokasi dana investasi masyarakat diprediksi tidak lagi terpusat pada produk investasi tradisional seperti deposito atau reksa dana.

Direktur Distribusi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Hery Gunardi mengatakan saat ini perilaku investasi nasabah Mandiri telah bergeser dari produk tradisional.

"Mereka mulai tertarik dengan investasi di perusahaan fintech [finansial teknologi] Indonesia," ujarnya di Jakarta, Kamis (25/1/2018).

Hery mengatakan dari perspektif perbankan, likuiditas sejak akhir 2017 hingga saat ini memperlihatkan kondisi yang cukup baik dan menjanjikan bagi produk reksa dana dan sekuritisasi untuk berkembang. Namun demikian, menurutnya, saat ini produk investasi alternatif lebih diminati, contohnya kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) dan investasi langsung (direct investment) kepada perusahaan finansial teknologi.

Pada kesempatan lain, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengatakan diversifikasi instrumen investasi akan meningkatakan kompetisi antara perbankan dengan pasar modal.

“Struktur dana perbankan bukan hanya deposito, ada dana-dana murah yang suku bunganya hampir mencapai nol,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Instrumen pertama yang akan disiapkan oleh OJK adalah mendorong penurunan suku bunga deposito untuk secara bertahap menggeser aktivitas investasi masyarakat ke pasar modal dan pasar keuangan.

Sepanjang tahun lalu, penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp264 triliun, yang terdiri dari Rp254 triliun melalui penawaran umumdan Rp10 triliun melalui produk pengelolaan investasi. Capaian ini melampaui capaian tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp195,4 triliun.

OJK mengharapkan pengembangan industri pasar modal dapat ditingkatkan guna menyediakan pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan infrastruktur.

Dalam rangka meningkatkan kontribusi pasar modal pada pembiayaan pembangunan nasional OJK akan mendorong pengembangan instrumen pasar modal yang mampu mendukung pembiayaan infrastruktur.

Instrumen tersebut antara lain perpetual bonds, obligasi daerah, green bonds, dana investasi infrastruktur (DINFRA), dana tabungan perumahan rakyat (Tapera), dan blended finance.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper