Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini yang Membuat Pemerintah Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 5,4% Bisa Tercapai Tahun Ini

Bisnis.com, JAKARTA -- Melesetnya realisasi pertumbuhan ekonomi 2017 dari target APBNP, tak membuat pemerintah patah arang untuk menggapai target yang lebih ambisius pada tahun ini yakni 5,4%.
Menko Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan paparan dalam acara Digital Economic Briefing, di Jakarta, Kamis (16/11)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Menko Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan paparan dalam acara Digital Economic Briefing, di Jakarta, Kamis (16/11)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

 

Bisnis.com, JAKARTA -- Melesetnya realisasi pertumbuhan ekonomi 2017 dari target APBNP, tak membuat pemerintah patah arang untuk menggapai target yang lebih ambisius pada tahun ini yakni 5,4%.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution masih optimistis target pertumbuhan ekonomi 5,4% pada tahun ini dapat dicapai.

"Saya masih optimistis [pertumbuhan ekonomi] 5,4% bisa tercapai, karena ada Pilkada, Asean Games, mestinya pengeluaran konsumsi juga membaik, dan sepanjang kita bisa mempertahankan pertumbuhan investasi dan ekspor seperti tahun lalu, kalau bisa lebih tinggi," kata Darmin Nasution di Jakarta, Senin (5/2/2018).

Adapun berdasarkan berita resmi BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 meleset dari target APBN-P 2017 sebesar 5,2% yakni hanya tumbuh 5,07%.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan pihaknya masih tetap pada estimasi pertumbuhan ekonomi Indef sebelumnya, yakni hanya 5,1%.

Dia memperkirakan konsumsi rumah tangga tahun ini masih akan stagnan pada level 4,9%-5%. "Tahun 2017 saja pertumbuhan konsumsinya 4,97%, masih akan di sekitar-sekitar situ aja," jelasnya.

Dia mengatakan pemerintah selalu optimistis dengan probalilitas kenaikan konsumsi rumah tangga pada tahun politik, tetapi pihaknya memperkirakan masyarakat kelas atas justru akan mempertahankan konsumsi dalam keadaan yang penuh ketidakpastian tersebut.

Selain itu, dia mengkhawatirkan tentang pengaruh inflasi pangan dan tekanan harga minyak mentah yang tinggi. Hal tersebut dapat berimbas pada naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik.

Bhima mengatakan dengan hasil pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun ini yang belum memenuhi target, ke depannya diperkirakan keadaan juga masih akan sulit.

"Apalagi target pertumbuhannya 5,4%, bisa-bisa pemerintah harus revisi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper