Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BSB Sambut Baik Percepatan Penerapan GWM Averaging Syariah

PT Bank Syariah Bukopin menyambut positif rencana Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk mempercepat pengumuman implementasi Giro Wajib Minimum Rata-rata (GWM Averaging).
Bank Syariah Bukopin/syariahbukopin.co.id
Bank Syariah Bukopin/syariahbukopin.co.id

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Syariah Bukopin menyambut positif rencana Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk mempercepat pengumuman implementasi Giro Wajib Minimum Rata-rata (GWM Averaging).

Aris Wahyudi, Direktur Bisnis PT Bank Syariah Bukopin (BSB) mengatakan bahwa dengan diturunkannya GWM tetap dari semula 5% menjadi lebih rendah yakni GWM tetap 3% dan GWM Rata-rata 2% memberikan

"GWM itu kan dana yang tidak boleh di apa-apain, itu kan untuk semacam cadangan likuidtas apabila terjadi apa-apa. Semakin itu besar, maka dana yang kita pakai semakin kecil. Dan kalau itu bisa kita efisienkan dengan membuka peluang rata-rata lebih kecil, maka dana yang dilempar akan lebih besar," tuturnya kepada Bisnis, Rabu (7/1).

Pihaknya memang sudah lama menginginkan besaran giro wajib minimum tersebut bisa lebih kecil dari 5%. "Karena kemarin kan rata-ratanya lima, kita ingin bisa lebih kecil lagi," ujarnya.

Namun demikian, kata Aris, perbankan masih menghadapi kendala membludaknya likuditas di masyarakat terutama syariah, sehingga belum mampu mendorong perbankan untuk lebih ekspansif.

"Tapi masalahnya sekarang adalah dana masyarakat, terutama di syariah likuidasinya sangat melimpah. Jadi ya kalau kondisi seperti ini, GWM Averaging ini belum begitu berdampak. Ekspansi belum bisa besar, karena dana di luar masih melimpah," terangnya.

Sebelumnya diketahui bahwa BI mengubah GWM Averaging Rupiah kepada bank umum konvensional 6,5%. Di mana sebelumnya terbagi dalam GWM rata-rata dari 1,5% menjadi 2% serta GWM tetap 5% menjadi 4,5%. Aturan ini mulai berlaku 16 Juli 2018.

"Artinya bank umum punya ruang dua minggu untuk GWM rata-rata 2%. Manfaatnya menambah kemampuan likuiditas perbankan karena dengan averaging bank punya ruangan agar lebih efektif," tutur Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi, belum lama ini.

Selain itu, kata dia, BI juga mengubah implementasi GWM valas untuk bank umum konvensional 8%. Dari sebelumnya GWM tetap 8% menjadi GWM tetap 6% dan GWM rata-rata 2% dan berlaku 1 Oktober 2018.

Dia menambahkan, implementasi GWM Rupiah bank syariah 5% juga diubah dari sebelumnya terbagi dari GWM tetap 5% menjadi GWM tetap 3% dan GWM rata-rata 2% yang berlaku pada 1 Oktober 2018. BI juga memutuskan untuk menihilkan jasa giro dari 2,5% menjadi 0%.

Dengan aturan baru tersebut, diharapkan akan mampu meningkatkan likuiditas perbankan yang diperkirakan bertambah sebesar Rp20 triliun. Karena ada GWM averaging dua mingguan, maka ada ruang sekitar Rp20-an triliun dari GWM averaging yang terhadap rupiah, valas maupun syariah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper