Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Penurunan Bunga Kredit Berlanjut, BRI Kejar Pendapatan Komisi

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menyatakan akan memperbanyak pendapatan operasional nonbunga sebagai penyesuaian atas potensi penurunan margin bunga bersih.
Direktur PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sis Apik Wijayanto (dari kiri), Direktur Mohammad Irfan, Direktur Haru Koesmahargyo, Direktur R. Sophia Alizsa dan Direktur Priyastomo melakukan salam inovasi sebelum memberi penjelasan mengenai kinerja perusahaan, di Jakarta,Rabu (24/1)./JIBI/-Dedi Gunawan
Direktur PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sis Apik Wijayanto (dari kiri), Direktur Mohammad Irfan, Direktur Haru Koesmahargyo, Direktur R. Sophia Alizsa dan Direktur Priyastomo melakukan salam inovasi sebelum memberi penjelasan mengenai kinerja perusahaan, di Jakarta,Rabu (24/1)./JIBI/-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menyatakan akan memperbanyak pendapatan operasional nonbunga sebagai penyesuaian atas potensi penurunan margin bunga bersih.

Direktur Strategi Bisnis dan Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo menilai, dengan suku bunga kredit yang masih berpotensi terus berlanjut tahun ini, mau tak mau bank harus lebih aktif menggenjot bisnis demi mengejar sumber pendapatan nonbunga.

Salah satu yang dilakukan yakni mengoptimalkan bisnis jasa layanan perbankan selain pemberian kredit, misalnya jasa asuransi dan dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) yang dapat memberikan pendapatan komisi.

“Kami siapkan aktivitas-aktivitas bisnis lain yang bisa generate non interest income seperti produk yang terkait dengan perusahaan anak, misalnya asuransi, jasa syariah, jasa pembayaran dan DPLK,” ujarnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Optimalisasi bisnis nonkredit diharapkan dapat mengerek pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) lebih tinggi dari realisasi tahun lalu.

Sebagai gambaran, pada tahun lalu, margin bunga bersih alias net interest income (NIM) bank BRI sempat susut sebagai efek penurunan suku bunga kredit. Secara konsolidasi, NIM perseroan tercatat turun dari di atas 8% pada 2016 menjadi 7,78% pada akhir Desember 2017.

Kenaikan pendapatan fee BRI yang tumbuh 13,2% secara year on year dari Rp9,2 triliun menjadi Rp10,4 triliun menjadi menjadi salah satu kontributor utama pembentukan laba bersih perseroan yang naik 10,7% (yoy) menjadi Rp29,04 triliun.

Menurut Haru, margin bunga bersih masih berpotensi mengalami penurunan karena bank bersaing menurunkan suku bunga kredit demi meraih pertumbuhan.

BRI sendiri telah melakukan penyesuaian suku bunga dasar kredit, terutama untuk segmen bisnis korporasi dan kredit pemilikan rumah menjadi single digit terhitung per akhir Desember 2017 lalu.

Untuk kredit korporasi, misalnya, dipangkas 0,55% dari 10,5% pada akhir Juni 2017 lalu menjadi 9,95% . Begitu juga dengan kredit pemilikan rumah (KPR), dipangkas 0,27% dari 10,25% menjadi 9,98%.

Suku bunga dasar kredit yang baru tersebut telah mulai berlaku efektif sejak awal tahun ini.

Adapun untuk segmen bisnis lain belum mengalami penurunan dari posisi akhir Juni tahun lalu. SBDK untuk kredit ritel, kredit mikro dan kredit konsumsi non KPR masing-masing ada di level 9,75%, 17,5%, dan 12,5%.

“Ke depan kami paham era suku bunga rendah memang di depan mata. Kami akan sesuaikan bisnis Bri dengan bisnis suku bunga rendah, jadi kami tidak khawatir [laba akan terpangkas],” tuturnya.

Strategi lain yang disiapkan perseroan dalam meningkatkan FBI yakni dengan memperkuat transaction banking serta pemanfaatan digital banking.

“Selain itu kami juga akan optimalkan agen BRILink yang kini sudah mencapai 279.000,” jelasnya.

Haru optimistis tahun ini perseroan akan lebih positif dari tahun lalu. Dalam rencana bisnis bank 2018, BRI menargetkan penyaluran kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh di kisaran 10%-12%. Adapun untuk pertumbuhan laba dipatok naik 9%-11%.

Realisasi kredit yang disalurkan BRI secara konsolidasi pada tahun lalu mencapai Rp739,3 triliun, tumbuh 11,4% (yoy). Di sisi pendanaan, dana masyarakat yang dihimpun BRI mencapai Rp841,7 triliun, tumbuh 11,5% (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper